TERUNTUK PEREMPUAN DAN KONSERVASI
Penulis: Tutus Wijanarko (Community Right Based Management Officer, WWF-Indonesia Lesser Sunda Project)
Dalam era modern seperti saat ini, peran perempuan dalam kehidupan tidak bisa dipandang sebelah mata. Kombinasi antara kemandirian, kecerdasan, dan intuisi yang dimiliki oleh perempuan, banyak melahirkan karya yang berkontribusi pada peradaban, mulai dari dunia politik, bisnis, hingga dunia konservasi. Kesemuanya itu merupakan ajang bagi para perempuan untuk mendapatkan hak dan akses yang sama dengan kaum pria dalam berkarya serta menyuarakan inspirasi dan aspirasi.
Konservasi, sebuah isu global yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan oleh semua orang. Mulai dari isu kehutanan, kelautan dan perikanan, hingga perubahan iklim. Pergerakan konservasi dunia ternyata tidak luput dari sumbangsih peran perempuan. Salah satunya, kelompok pelestari mangrove di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, bernama Kelompok Cinta Persahabatan (KCP), yang melakukan upaya penyelamatan lingkungan akibat abrasi pantai di sekitar tempat tinggal mereka. Upaya penyelamatan tersebut dilakukan melalui pembibitan dan rehabilitasi mangrove demi menjaga keberlangsungan ekosistem mangrove di kawasan mereka. Kelompok yang berdiri pada tanggal 27 Januari 2008 silam ini merupakan salah satu kelompok masyarakat binaan WWF-Indonesia di Bentang Laut Sunda Banda. Dengan beranggotakan 12 orang, yang mana delapan diantaranya adalah perempuan, KCP diketuai oleh seorang ‘mama’ bernama Martha Lotang.
Dengan didominasi oleh kaum perempuan, tidak lantas membuat kelompok masyarakat ini bekerja tanpa semangat. Setiap hari mereka bekerja dan berbagi tugas. Mulai dengan mencari bibit mangrove di sekitar pantai, menyemai dan merawat bibit tersebut di bedeng (tempat kebun bibit), menanam, hingga menyulam mangrove. Secara tidak langsung, KCP seakan memahami betul makna dari konservasi itu sendiri, yaitu upaya melakukan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan. Pantai di depan rumah mereka yang terkena abrasi laut, sedikit demi sedikit sudah mulai ditumbuhi anakan mangrove yang mereka tanam secara berkala. Ikan ikan kecil, kepiting, udang sudah mulai berdatangan menghampiri batang-batang anakan mangrove tersebut. Mangrove adalah salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, pengasuhan, dan pemijahan bagi biota laut. Selain melakukan kegiatan pembibitan dan rehabilitasi mangrove, KCP juga sering terlibat dalam berbagai macam kampanye pelestarian lingkungan di Alor. Mulai dari sekolah hingga lingkup pemerintah. Kemampuan teknis mereka dalam melakukan rehabIlitasi mangrove membuat banyak orang tergerak dan ingin ikut ambil bagian dalam upaya penyelamatan lingkungan pesisir. Animo masyarakat Alor yang besar membuat mereka terdorong untuk membantu KCP dalam melakukan pembibitan dan penanaman mangrove secara langsung.
Keberhasilan KCP ini membuat masyarakat setempat di Pantai Buyungta, Kelurahan Kabola, juga tergerak dan terpanggil untuk melakukan aksi serupa, dengan mendirikan kelompok masyarakat Jikengwar. Dalam bahasa lokal di Alor, ‘Jikengwar’ berarti mata air. Jikengwar merupakan kelompok pelestari mangrove yang lahir dari ‘rahim’ KCP pada tanggal 1 Februari 2015. Kelompok ini juga diketuai oleh seorang perempuan bernama Mama Ati. Dengan memiliki 17 orang anggota dan juga didominasi oleh para perempuan. Saat ini, Jikengwar fokus pada upaya pembibitan mangrove di bedeng yang mereka buat.
Upaya yang dilakukan oleh KCP dan Jikengwar dalam pelestarian mangrove di Alor merupakan tindakan nyata masyarakat dalam mendukung perlindungan Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar, yang mana pada bulan Juni 2015 silam telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai sebuah Kawasan Konservasi Perairan Daerah. Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan oleh WWF-Indonesia terkait perlindungan kawasan ini adalah dengan melakukan pendampingan dan penguatan kapasitas kedua kelompok masyarakat tersebut, baik untuk manajemen organisasi maupun hal-hal teknis dalam rehabilitasi mangrove.
“Jadi, Mama sekarang su tidak cuman masak saja ooo. Mama sekarang su keren-keren, dorang su mau jaga alam dengan tanam Tongke (Mangrove)!” (Artinya: ""Jadi, Mama sekarang tidak cuman bisa masak saja. Mama sekarang sudah keren-keren, mereka sudah mau jaga alam dengan tanam mangrove."")
Happy International Women’s Day!