PENYU DAN PALOH, PERJALANAN KONSERVASI DI EKOR BORNEO
Tak terasa, sudah 13 tahun Yayasan WWF Indonesia berada di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Rentang waktu 13 tahun (2009-2022) tentu bukanlah waktu yang singkat. Tidak sedikit pula pekerjaan, tugas, serta tantangan yang dihadapi selama kurun waktu tersebut. Demikian juga dengan capaian yang dihasilkan. Salah satu capaian penting yang berhasil diraih adalah ketika Paloh ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi. Hal tersebut merupakan suatu pencapaian hal yang patut disyukuri bersama.
Kecamatan Paloh adalah salah satu habitat peneluran penyu yang utama di Indonesia. Wilayah ini merupakan habitat yang penting bagi penyu. Maka dari itu, merupakan sebuah kebanggaan bagi Yayasan WWF Indonesia dapat turut serta dan berkontribusi dalam upaya konservasi penyu sebagai biota laut yang dilindungi dan terancam punah di Paloh. Aktivitas konservasi di Paloh pun tidak dilakukan oleh Yayasan WWF Indonesia sendirian, melainkan hasil kerja sama yang melibatkan banyak pihak. Tanpa kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak tersebut, mustahil bagi Yayasan WWF Indonesia untuk menghasilkan pencapaian membanggakan.
Perjalanan konservasi di pantai peneluran penyu di Paloh merupakan wujud nyata komitmen berbagai pihak. Hal ini menjadi kunci penting menurunnya tingkat perburuan telur penyu dalam satu dekade terakhir ini. Tak hanya itu, komitmen berbagai pihak dalam perjalanan konservasi tersebut juga mengantarkan Paloh ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 93 tahun 2020 tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Paloh dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Kalimantan Barat.
Masyarakat desa yang diwakili oleh kelompok-kelompok masyarakat dan pemerintah desa adalah pionir terdepan dalam mewujudkan cita-cita konservasi. Masyarakat desa menjadi pihak yang paling kerap berjibaku dengan persoalan-persoalan di tingkat tapak dan semestinya menjadi pihak pertama yang mendapatkan manfaat langsung ketika mimpi Kawasan Konservasi terealisasi. Komitmen masyarakat desa yang mengusung semangat gotong royong dan partisipatif menjadi pondasi kuat bagi masa depan konservasi di Paloh nantinya.
Yayasan WWF Indonesia mengucapkan terima kasih atas komitmen masyarakat desa dan semua pihak yang telah mengupayakan konservasi kawasan dan penyu di Paloh berjalan dengan baik meski menghadapi berbagai hambatan. Di antaranya, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sambas, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kalimantan Barat, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Akademisi serta LSM lain yang juga turut memberikan sumbangsih ide, gagasan, tenaga, maupun pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam kegiatan konservasi.
Kami menyadari buku ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami tidak menutup mata untuk saran dan masukan dari berbagai pihak. Baik sehubungan dengan diterbitkannya buku ini, maupun dengan kegiatan konservasi yang diupayakan untuk terus dilakukan. Kami berharap buku ini dapat menjadi salah satu referensi bagi pengelolaan Kawasan Konservasi di Paloh secara berkelanjutan, khususnya konservasi penyu.
Terima Kasih dan Selamat Membaca.
Kepala Program Kelautan dan Perikanan
Yayasan WWF Indonesia
Dr. Imam Musthofa Zainudin