PEMULIHAN TERUMBU KARANG DESA PERANCAK
Istilah ‘rock pile’ mengacu pada tumpukan batuan dari batuan vulkanik ataupun limestone (fosil karang/batuan kapur) berdiameter rerata 20-30 cm per batu yang disusun dalam beragam konfigurasi di atas hamparan rubble atau hamparan patahan/serpihan karang mati.
Salah satu metode rehabilitasi yang telah lama dilakukan di Indonesia adalah metode rock pile, yaitu metode pemulihan terumbu karang akibat aktivitas perikanan yang merusak (bom, potasium). Metode ini telah terbukti dapat menstabilkan substrat dasar perairan guna meningkatkan penempelan larva karang, rekrutmen organisme karang, penutupan karang keras, kepadatan dan kelimpahan ikan karang dan biota lainnya yang hidup pada habitat terumbu karang.
Kabupaten Jembrana, khususnya Perairan Desa Perancak, memiliki ekosistem pesisir penting dalam perlindungan ekologi dan penunjang kehidupan yang esensial di wilayah pesisir. Sumber daya alam potensial meliputi, ikan karang dan pelagis kecil, terumbu karang dan habitat penyu. Sayangnya, kondisi ekosistem dan habitat terumbu karang di lokasi tersebut telah mengalami kerusakan. Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 tahun 2023 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2023-2043, bahwa terdapat alokasi ruang untuk Kawasan Konservasi, termasuk di perairan Jembrana.
Yayasan WWF Indonesia dengan dukungan Indosat Ooredoo Hutchison menginisiasi kegiatan rehabilitasi terumbu karang dengan metode rock pile. Rock pile akan diinstalasi di area perairan Desa Perancak di atas pecahan karang (rubble) seluas 642 m2 (0,0642 Ha), meliputi 4 - unit (struktur) dengan masing-masing ukuran 16 m3 (panjang x lebar x tinggi) = (4 x 4 x 1 ) m3. Desain rock pile ini rencananya akan dibuat menyerupai jalur lari atau "running track" untuk menambah keunikan dan daya tarik bagi wisatawan di Desa Perancak.
Kegiatan penurunan / instalasi rock pile ini dilakukan pada tanggal 27 September hingga 4 Oktober 2023. Instansi yang terlibat meliputi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Balai Pengelolaan Sumber Daya Perairan dan Laut (BPSPL) Denpasar, Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Kab. Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Kab. Jembrana, Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana, Aparat Desa Perancak, Masyarakat nelayan Desa Perancak, Yayasan WWF Indonesia dan Indosat Ooredoo Hutchison, serta para pakar terumbu karang dari Universitas Dhiyana Pura dan Yayasan LINI. Selama delapan hari bekerja sama, seluruh batuan kapur yang berada di darat berhasil dipindahkan ke laut.
Bapak Mahfud selaku perwakilan dari Indosat Ooredoo Hutchison memberikan secara simbolis batuan kapur yang akan dijadikan sebagai media rock pile kepada Bapak I Nyoman Wijana selaku Perbekel Desa Perancak. Sekitar 55 kubik batuan kapur diturunkan ke dalam dasar perairan Desa Perancak yang akan disusun berbentuk persegi kotak dengan volume 16 m3. Beliau juga berharap rock pile ini dapat memberikan kontribusi bagi kondisi terumbu karang di Desa Perancak. Sementara itu, Bapak Wayan Sudiarta selaku Kelian Banjar Dangin Berawah Desa Perancak, menyampaikan harapan, “Semoga dengan adanya batu kapur yang disimpan di air, bisa menjadi rumah baru ikan-ikan, sotong dan terumbu karang bisa mekar kembali di atas batu kapur itu.”
Hal yang diharapkan dari kegiatan ini adalah pulihnya ekosistem terumbu karang di Desa Perancak, yang berarti kondisi perairan menjadi lebih sehat sehingga terjadi peningkatan sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, situs rehabilitasi ini di desain secara khusus dengan unsur-unsur artistik untuk dapat menjadi destinasi wisata bahari sebagai lokasi selam atau snorkeling, sehingga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat untuk pengembangan wisata bahari khususnya di Desa Perancak.