CERITA CINTA DAN ROMANTISME PENJAGA RIMBA KEPADA HUTAN SUMATERA
Oleh: Rafselia Novalina - Rimbang Baling Tiger Habitat Conservation Program
Nun di tengah belantara Rimba Sumatera hiduplah seorang Mukhsin. Mukhsin sejak kecil terbiasa hidup berdampingan dengan alam. Rumahnya berada di pinggiran hutan, sehingga aktivitas sehari-harinya adalah bermain di dalam hutan.
Keterbiasaannya bergelut dengan hutan sejak kecil, membawanya menjadi penjaga rimba bersama Tim TPU (Tiger Patrolli Unit) yang dibentuk oleh WWF Indonesia Program Central Sumatra bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau. TPU merupakan salah satu divisi di WWF Indonesia Program Central Sumatera untuk kegiatan konservasi Harimau Sumatera. Bersama TPU, Mukshin membantu menjaga dan merawat Camp Sungai Tapi yang menjadi sarana transit tim TPU atau tim lainnya menuju atau kembali dari Belantara Hutan Tropis Riau yang disebut.
Sesuai namanya, Camp tersebut terletak di tepi aliran Sungai Tapi, di tepi Kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling. Akses menuju Camp Sungai Tapi dari Pekanbaru memerlukan waktu perjalanan darat ± 5 jam yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan lapangan seperti sepeda motor jenis trail atau mobil dengan berpenggerak 4 roda (4WD). Jalan yang dilalui kondisinya cukup ekstrim yang diapit oleh sungai dan hutan. Di akhir perjalanan menuju Camp Sungai Tapi, kendaraan akan menyeberangi sungai tanpa jembatan sebanyak 2 kali.
Camp Sungai Tapi tegak dengan anggun menyambut setiap orang yang ingin berinteraksi dengannya setelah menempuh perjalanan yang menantang. Camp yang berdiri sendiri di tengah hutan yang dijaga oleh Mukhsin seorang diri dengan gagahnya. Ketika tim sedang beraktivitas di hutan, Mukhsin seringkali harus tinggal sendirian di camp yang posisinya di tengah hutan tersebut, terkadang hingga berminggu menjaga, merawat dan melakukan berbagai aktivitas untuk bermadu kasih dengan alam.
Ketika pagi merekah, ditemani suaru kicauan burung, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ungko (Hylobates agilis), gemericik air sungai, lambaian dedaunan Mukhsin memulai aktivitasnya mempercantik Camp Sungai Tapi. Kegiatan mempercantik camp dengan menanami tanaman yang bermanfaat bagi orang-orang yang ingin melepas penat setelah melakukan perjalanan di hutan.
Bersamaan dengan itu, Mukshin melakukan pembibitan untuk tanaman hutan jangka panjang dari bibit lokal. Pekerjaan ini menurut Mukhsin salah satu cara yang bisa dilakukannya untuk membantu melestarikan hutannya. Dia mengumpulkan bibit lokal dari pepohonan hutan di sekitar hutan Camp Sungai Tapi, kemudian bibit tersebut disemai berdasarkan jenisnya dan menggunakan tanah yang berasal dari areal tersebut. Pembibitan menggunakan bibit lokal diakui oleh Mukhsin sebagai salah satu cara agar tanaman jangka panjang ini kuat dan tidak perlu beradaptasi dengan alamnya karena berasal dari tanah yang sama dengan asalnya.
Sesederhana Mukhsin menyampaikan pendapatnya mengenai pembibitan jenis lokal, merupakan cara dia belajar dari alam berdasarkan pengalamannya di masa lampau hidup berdampingan di hutan. Mukhsin merawat bibit tanamannya tersebut dengan tekun, melakukan pembibitan secara bertahap yang harapannya bisa tumbuh dengan subur agar bisa ditanami di hutan-hutan yang mulai tandus akibat pembalakan liar, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pemukiman.
Saat senja tiba, Mukhsin berteman dengan kesendirian menikmati kesunyian alam dan kegelapan. Menurut Osmatri Abeng (Wildlife Crime Unit Coordinator), “saya belum pernah menemukan orang yang sepemberani Mukhsin, tinggal sendirian di dalam hutan berminggu-minggu, berteman dalam kegelapan apabila di Camp sendirian. Namun, saya salut dengan keberaniannya berbuat sesuatu untuk hutan menjaganya melalui hal sederhana yang dilakukannya seperti pembibitan bibit lokal tanaman hutan jangka panjang.”
Ya, menarik mengenal Mukhsin yang hidup sederhana di tengah belantara untuk menjaga hutan ini. Mukhsin dengan tulus melakukan aktivitas yang membuatnya bisa berperan melestarikan lingkungan. Hidup dengan mendapatkan makanan dari sumber yang paling bersih yaitu alam dengan memancing ikan di sungai. Tidak takut akan kegelapan dan kesunyian alam. Kegelapan dan kesunyian teman bagi Mukhsin untuk semakin dekat bermadu kasih dengan alam.
Alangkah beruntungnya satwa dan segenap isi rimba raya Sumatera ini apabila banyak Mukshin lainnya yang dengan senang hati tergerak hatinya untuk menjaga alam ini dengan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk bermadu kasih dan terlibat menjaga alam. Sosok Mukhsin yang akan mengispirasi melalui cerita dan pertemuan.