HARIMAU SUMATERA, JANGAN JADI SEBATAS LEGENDA!
Oleh: Sela Ola Olangi Barus
Siapa yang tidak kenal novel “7 Manusia Harimau” karya Motinggo Busye?. Novel yang terinspirasi dari kisah legenda dari daerah Bengkulu ini menjadi fenomenal karena mencuri perhatian salah satu rumah produksi Indonesia dan ditayangkan di layar kaca. Kisah legenda tersebut menggambarkan Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) yang sangat dihormati dan memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan masyarakat. Jika membunuh satu harimau, maka harimau akan membalasnya dengan membunuh lebih dari satu orang. Dengan demikian, tentunya warga yang percaya legenda tersebut pasti akan sangat segan untuk mengusik kehidupan Harimau Sumatera.
Namun, kenyataanya populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) kini hanya tersisa 371 individu yang tersebar dari Aceh hingga Lampung. Semenjak 2010-2014 WWF Indonesia menghitung ada 19 kematian individu disebabkan perburuan dan perdagangan liar, pengalihan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi, serta konflik dengan manusia.
Dunia pun menyoroti hal ini, tak hanya Indonesia, secara global penurunan harimau dunia makin memprihatinkan, maka tahun 2010 diadakan Tiger Summit di Saint Petersburg, Jerman, yang kemudian ditetapkan Hari Harimau Sedunia (Global Tiger Day) setiap tanggal 29 Juli. Tujuannya adalah menyerukan perlindungan harimau dengan menjaga habitat alaminya dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi harimau. WWF-Indonesia telah melakukan upaya melindungi hewan belang tersebut, yang terbaru adalah mensensus ulang harimau dengan memasang kamera jebak (trap camera) di wilayah tempat diperkirakannya habitat Harimau Sumatera hidup. Salah satu wilayah habitat yang menjadi fokus utama WWF Indonesia adalah Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Bukit Baling (atau lebih dikenal Rimbang Baling). Rimbang Baling merupakan kawasan dilindungi pun tak luput dari ancaman pengalihan fungsi lahan hutan. Oleh karena itu, WWF Indonesia bersama dengan YAPEKA dan INDECON, dengan dukungan dari IUCN dan KFW mengadakan upaya penyelamatan Integrated Tiger Habitat Conservation Program (ITHCP): “Communities for tiger recovery in Rimbang Baling: the Beating Heart of the Central Sumatran Tiger Landscape”. Tidak hanya itu, sebelumnya pun WWF-Indonesia juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah lokal, swasta, organisasi konservasi lain, serta masyarakat setempat untuk mengupayakan kelangsungan hidup harimau sumatera. Selain itu, WWF-Indonesia juga telah menurunkan tim-patroli anti perburuan liar.
Serangkaian upaya penyelamatan tersebut tentu perlu dukungan dari seluruh pihak untuk mewujudkan target dari Tiger Recovery Program untuk menggandakan jumlah harimau pada tahun 2022 di seluruh dunia jika spesies ini mau selamat di dunia. Nah, buat kamu yang hidup di kota, jangan khawatir, kamu bisa membantu pelestarian Harimau Sumatera dengan cara mudah. Bergaya hidup hijau, hemat sumber daya seperti listrik, air bersih, tidak mengkonsumsi bagian tubuh harimau dan paling penting hemat penggunaan tisu dan kertas. Sebab industri tisu dan kertas merupakan kegiatan yang paling berdampak pada hilangnya habitat alami Harimau Sumatera. Mulai sekarang yuk hemat tisu dan kertas untuk selamatkan Harimau Sumatera! Atau menggantinya dengan produk yang bersertifikat.