TANAM PAKAN BADAK, SELAMATKAN POPULASINYA
Oleh: Nur Arinta
Hutan Indonesia menjadi rumah bagi dua dari lima jenis badak di dunia, yaitu Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Satwa yang masih berkerabat dengan badak purba ini hidup dan bertahan di tengah ancaman perburuan dan penyusutan habitatnya di Indonesia. Pernahkah terpikir di benak? Apa makanannya?
Badak adalah salah satu jenis satwa herbivora yang termasuk ke dalam golongan browser, yaitu jenis satwa yang memakan daun, kulit, ranting, dan terkadang buah. Dilansir buku “Jenis Tumbuhan Pakan Badak Sumatera di Kalimantan” karya Tri Atmoko dkk yang diterbitkan pada tahun 2016, saat mencari makan, badak cenderung memilih tumbuhan merambat, liana, semai, pancang hingga tiang. Peneliti menyebutkan bahwa selama pengalaman meneliti badak di habitatnya, satwa yang khas dengan culanya ini hampir tidak pernah memakan jenis rumput.
Ketika makan, badak akan mencari tumbuhan yang akan dimakan dan merebahkan pohon tersebut. Bibir atas badak yang lebih panjang digunakan untuk membantu mengambil daun ke dalam mulutnya. Badak memiliki susunan gigi yang khas, sehingga bekas gigitan badak pada tumbuhan pakannya mudah dikenali, dan ini sangat membantu para peneliti untuk menelusuri jejak badak di habitatnya dan mengetahui tumbuhan apa saja yang dimakan oleh badak.
Selayaknya manusia yang memerlukan jenis makanan yang banyak, badak pun membutuhkan jenis tumbuhan pakan yang beragam. Hutan yang menyimpan jenis tumbuhan pakan beragam memberikan ruang gerak terbuka bagi badak untuk memilih sumber pakannya. Sayangnya, kenyataan bahwa habitat yang terus menyusut dengan adanya alih fungsi hutan. Sebaran populasi badak terpencar dalam kantong-kantong populasi kecil dan terpencil, dimana satu area diperkirakan terdapat satu hingga tiga individu, dan ini membuat kemungkinan badak untuk berkembang biak menjadi sangat kecil. Selain itu, hal ini juga berdampak langsung ragam tanaman pakan badak di habitatnya.
Kasus khusus terjadi pada habitat Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, tanaman pakan badak menjadi berkurang akibat adanya invasi dari tanaman Langkap (Arenga obtusifolia). Langkap merupakan jenis palem-paleman yang menyebar dengan sangat cepat. Tajuknya yang rapat menutupi cahaya matahari sehingga menghambat pertumbuhan tanaman pakan badak. Hal tersebut membuat menurunkan ragam pakan badak dan habitat Badak Jawa terfragmentasi.
Menjawab permasalah tersebut, WWF-Indonesia berupaya melakukan pengendalian invasi Langkap dan menanam tanaman pakan badak di satu-satunya habitat alami Badak Jawa, yakni Taman Nasional Ujung Kulon. Program ini untuk mencukupi ketersediaan dan variasi tumbuhan pakan Badak Jawa. Saat ini, habitatnya relatif kecil disbanding populasinya yang menunjukkan laju pertumbuhan. Beberapa tanaman yang ditanam antara lain adalah Putat (Planchonia valida), Kijahe (Cronton auypelas), Kitanjung (Buchanania arborescens), Kadongdong (Spondias dulcis), Salam (Syzygium polyanthum), dan Sigeung (Pentace polyantha).
Meskipun badak berada jauh dari tempat hidup manusia, satwa ini memiliki jasa penting untuk memelihara kualitas hutan. Sebagai satwa browser yang memakan semak dan pucuk dedaunan, badak membantu mengurangi pemanasan global. Kenapa demikian? Ini karena pucuk daun yang tumbuh pada tanaman yang dimakan badak dapat menyerap karbondioksida lebih banyak dibandingkan dengan pucuk daun yang tua. Badak Jawa dan Badak Sumatera adalah satwa liar yang dilindungi dan kini menyandang status Kritis (Critically Endangered). Tugas kita bersama untuk turut menjaganya agar salah satu spesies kebanggaan Indonesia ini tidak punah dan tinggal cerita.