PENANAMAN MANGROVE WARNAI SEMANGAT SUMPAH PEMUDA DI PANTAI UTARA
Para pegiat konservasi mangrove di pesisir utara Kalimantan Barat kembali bikin kejutan. Memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017, empat lembaga yang disokong ribuan sukarelawan secara serentak melakukan penanaman mangrove sebanyak 9.500 bibit yang tersebar di sejumlah titik di pesisir pantai utara Kalbar.
Keempat lembaga dimaksud adalah Komunitas Peduli Lingkungan (Kopling) Pantai Gosong, Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Sabuk Mangrove, Mempawah Mangrove Conservation (MMC), dan Kelompok Swadaya Peduli Mangrove Surya Perdana Mandiri.
Kopling Pantai Gosong yang diketuai Achmad Baharudin menanam 1.000 mangrove di sekitar Pantai Gosong. Sejak 3 Maret 2016, lembaga ini telah mendedikasikan karya terbaiknya dengan menanam 13.400 batang mangrove dan disokong 20 komunitas.
“Kami berharap penanaman mangrove dapat menambah hutan dan daratan baru yang sudah mengalami pengikisan akibat abrasi laut,” jelas pria yang akrab disapa Bahe Kopling ini, Minggu (29/10/2017).
Di tempat terpisah, Kepala Desa Sungai Duri Rezza Praba Herlambang juga menyambut baik semangat generasi muda pantai utara. “Ini upaya yang baik karena generasi muda masih punya kepedulian terhadap mangrove. Pada hari Sumpah Pemuda ini, Sungai Duri berkontribusi menanam 2.000 bibit mangrove,” katanya.
Rezza menyebut cikal bakal Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Sabuk Mangrove dimulai dari kepedulian anak muda setempat terhadap lingkungan. Mereka pun membentuk kelompok peduli mangrove bernama Gabungan Anak Pantai Selatan (Gapsel) pada 2009. “Selanjutnya saya bentuk Pokmaswas Sabuk Hijau setelah terpilih menjadi kepala desa pada 2016,” katanya.
Delapan tahun berkiprah, kelompok ini sudah berhasil menanam 90 ribu bibit mangrove yang tersebar di atas lahan seluas sembilan hektar. Saat ini tercatat kurang lebih 65 anggota aktif.
“Kami ini korban korban abrasi dan berharap peristiwa itu tidak terjadi lagi. Penanaman mangrove akan menjadi opsi terbaik melindungi tempat tinggal kami, sekaligus solusi rehabilitasi wilayah pesisir yang pernah rusak akibat abrasi,” kata Rezza.
Dia berjanji akan mengajak para pegiat konservasi mangrove di pantai utara agar dapat bergandengan tangan, menyatukan gerak dan langkah, demi mewujudkan seluruh pesisir Kalbar terlindungi melalui perisai hijau mangrove.
Sementara Ketua Mempawah Mangrove Conservation (MMC) Raja Fajar Azansyah mengatakan pihaknya juga menanam 5.000 bibit mangrove pada 29 Oktober 2017 di kawasan Mempawah Mangrove Park (MMP) Desa Pasir. “Penanaman ini dilakukan bersama 30 komunitas yang melibatkan 600-an sukarelawan,” katanya.
Lembaga ini mulai mengonservasi mangrove di lima desa sejak 14 Desember 2011. Desa-desa sasaran adalah Desa Pasir, Penibung, Sungai Bakau Kecil, Sungai Bakau Besar Laut, serta Desa Purun Kecil. Total luas kawasan yang sudah ditanami mencapai sekitar 100 hektar.
Lebih jauh Fajar menjelaskan bahwa MMP yang berkonsep eduecotourism baru beroperasi setelah diresmikan oleh Wakil Bupati Mempawah 23 Agustus 2016. “Kita bekerja sama dengan Bank Indonesia Perwakilan Kalbar serta sejumlah lembaga support seperti WWF-Indonesia Program Kalbar,” katanya.
Komunitas yang terlibat pada setiap penanaman oleh MMC, sambung Fajar, disokong 40 komunitas dengan jumlah total sukarelawan sekitar 1.000 orang. Sementara anggota MMC sendiri sebanyak 10 orang. Pengelolaan MMP dibantu oleh Pokdarwis setempat.
Dia berharap landseascape MMP dapat menjadi kawasan konservasi terpadu. Artinya, ada keselarasan antara upaya konservasi, edukasi, pusat pemanfaatan olahan mangrove, dan ekowisata. “Semua ini bermuara pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat,” jelas Fajar.
Di sisi lain, Kelompok Swadaya Peduli Mangrove Surya Perdana Mandiri juga turut ambil bagian dalam peringatan Sumpah Pemuda tahun ini. Bersama anggota Sispala Kota Singkawang dan Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I), kelompok ini menanam mangrove sebanyak 1.500 batang dan bersih-bersih sampah yang terbawa arus laut, Minggu (29/10/2017).
Ketua Perkumpulan Swadaya Peduli Mangrove Surya Perdana Mandiri Jumadi mengatakan upaya ini dapat membantu perekonomian masyarakat. “Penanaman mangrove yang kita lakukan ini mengajak masyarakat agar tidak melulu menggantungkan hidupnya dari mencari ikan di laut,” katanya.
Jumadi juga menyambut baik upaya pembentukan forum pesisir pantai utara sebagai upaya saling tukar informasi di kalangan pegiat konservasi mangrove sekaligus wadah pergerakan bersama secara massif dan terintegrasi.
Kelompok peduli mangrove ini mulai berdiri pada 2 Agustus 2009 yang diinisiasi oleh salah satu kelompok nelayan bernama Surya Perdana. Pada perkembangannya, kelompok ini menaruh hati pada mangrove. “Lahirlah kelompok peduli mangrove yang saya ketuai sekarang. Jika dihitung sejak lembaga ini lahir sampai sekarang, kami sudah menanam di atas lahan seluas 24 hektar,” jelas Jumadi.
Manajer Program Kalbar WWF-Indonesia Albertus Tjiu mengapresiasi upaya serentak dari para pegiat konservasi mangrove di pesisir pantai utara Kalbar. “Kita mencoba mengoneksikan lembaga-lembaga yang memiliki garis perjuangan yang sama. Harapannya, lembaga-lembaga ini dapat bersinergi dalam pergerakan sekaligus mewujudkan pantai utara sebagai perisai hijau Kalbar,” pungkasnya.