DARI PERAMBAH MENJADI PENJAGA LINGKUNGAN
Mari berkenalan dengan Jekie, pria berumur 39 tahun yang berasal dari desa Karuing, Kamipang, yang terletak di kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Semenjak remaja, masa mudanya dipenuhi dengan aktivitas keluar masuk hutan untuk menebang pohon (illegal logging). Kayu hasil yang ditebangnya kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menebang hutan merupakan aktivitas yang umum dilakukan masyarakat di sekitar kala itu.
Tetapi sejak dikeluarkannya PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, maka aktivitas penebangan hutan yang selama ini dilakukan oleh Jekie pun dihentikan sekitar tahun 2005. Hal tersebut tidaklah mudah dilakukan mengingat menebang pohon di hutan adalah sumber mata pencaharian utama Jekie. Tapi dikarenakan takut akan sanksi hukum, Jekie pun beralih menjadi nelayan yang mencari ikan di sekitar sungai Punggu Alas dan Katingan.
Ketika beberapa lembaga melakukan penyadartahuan ke masyarakat, terdorong dengan rasa ingin tahu, jekie pun mencoba untuk mengikuti kegiatan tersebut. Salah satunya kegiatan yang diikuti Jekie adalah kegiatan penyadartahuan dan studi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah setempat yang didukung oleh Yayasan WWF Indonesia di desa Karuing. Seperti contoh dengan praktik mencari ikan yang benar maka sumber ikan di sungai terjaga dan sumber mata pencahariannya terjamin.
Seiring dengan berjalannya waktu, Jekie sedikit demi sedikit mulai paham akan pentingnya menjaga lingkungan. Ternyata kegiatan penebangan pohon yang selama ini dilakukan berdampak buruk bagi lingkungan dan tidak berkelanjutan. Dia pun berperan aktif sebagai penduduk desa dalam mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi-diskusi di desanya misalnya dalam pencegahan praktik mencari ikan yang tidak berkelanjutan, turut aktif dalam patroli mencegah kebakaran sebagai anggota dari Masyarakat Peduli Api (MPA) di sekitar sungai Katingan dan Sebangau di kala masa kemarau, dan aktif sebagai masyarakat desa dalam kegiatan penanggulangan kebanjiran di desanya di kala musim hujan. Jekie pun turun serta dalam aktivitas budi daya sayur dan madu kelulut.
Ada hal yang lebih baik dibandingkan hanya mengambil apa yang ada di alam, seperti jasa lingkungan yang berpotensi besar untuk jangka panjang, contohnya saja ekowisata. Hal inilah yang membuat Jekie tertarik turut serta ketika Simpul Wisata Desa Keruing didirikan, tak heran jika Jekie pun kemudian dipilih masyarakat untuk menjadi ketuanya di tahun 2010.
Simpul Wisata Desa Keruing bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Sebangau dalam bentuk pengelolaan dua unit sarana penginapan di Punggu Alas serta pengelolaan jasa pariwisata alam di Punggu Alas yang meliputi kegiatan penyediaan sarana transportasi kelotok ces / kelotok kecil dan sampan, penyediaan makanan dan minuman, penyediaan pramuwisata atau pemandu, penyediaan cenderamata; penyediaan atraksi seni budaya lokal / penyambutan adat, dan penyediaan jasa porter. Pengembangan ekowisata khususnya di Area Punggualas dengan nilai jual wisata khusus pengamatan orangutan liar, wisata susur sungai, jelajah hutan tropis asli serta bird watching dan pengamatan satwa liar endemik Borneo (https://www.menlhk.go.id/site/single_post/357).
Jekie berkata, ” Untuk apa merusak lingkungan dan mendapat sanksi hukum jika dengan menjaga dan hidup berdampingan dengan alam kita dapat mendapat manfaatnya”. Meskipun dia berniat untuk mengundur kan diri, masyarakat tetap mendukung Jekie sebagai ketua Simpul Wisata Desa Karuing.
Di era pandemi ini tentunya berdampak pada kegiatan Simpul Wisata Desa Karuing, meskipun aktivitas pendampingan ekowisata berkurang, tetapi niat Jekie untuk menjaga lingkungan tidak pernah surut. Menurut Jekie, yang mengakibatkan masyarakat ceroboh dan melakukan praktik-praktik ekstraksi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan adalah kurangnya pengetahuan, jika masyarakat mengetahui ada yang lebih bermanfaat tentunya semua masyarakat akan mendukung, untuk itulah Jekie terus berupaya untuk berperan aktif di desanya dalam penyadartahuan masyarakat untuk pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.