MENGENAL ELEPHANT FLYING SQUAD, PASUKAN GAJAH PENCEGAH KONFLIK
Oleh: Natalia Trita Agnika
Beberapa waktu lalu kita mendapatkan kabar gembira tentang kelahiran Harmoni Rimbo, Gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo. Harmoni Rimbo adalah anak dari gajah Ria yang merupakan anggota Elephant Flying Squad.
Elephant Flying Squad atau Tim Patroli Gajah adalah sebuah tim yang terdiri dari pawang/mahout dan gajah terlatih. Tim yang diperkenalkan oleh WWF-Indonesia dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo sejak 2004 ini bertugas melakukan penggiringan gajah liar yang memasuki kebun masyarakat untuk kembali ke habitatnya di Taman Nasional Tesso Nilo sehingga dapat mengurangi konflik antara gajah dan manusia.
Tesso Nilo merupakan kawasan konservasi gajah karena dinilai sebagai habitat gajah yang relatif baik. Namun populasi gajah liar di alam Riau terus berkurang karena konversi hutan alam dalam skala besar. Akibatnya, gajah yang dulunya hidup dalam skala besar kini terpecah-pecah dalam kelompok lebih kecil yang dapat berpotensi memunculkan konflik antara manusia dan gajah. Selain merugikan manusia, konflik tersebut juga merugikan gajah. Untuk mengurangi gangguan gajah, tak jarang masyarakat menggunakan cara-cara yang berakibat pada kematian gajah.
Berdasarkan catatan Syamsuardi dan Wishnu Sukmantoro WWF-Indonesia dalam “Kajian Elephant Flying Squad (Pasukan gajah Reaksi Cepat) Tahun 2012 untuk Mitigasi Konflik Gajah-Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya”, sejak kehadiran Elephant Flying Squad 2004 di Desa Lubuk Kembang Bunga, tercatat tingkat efektifitas penurunan konflik sejak tahun 2004-2010, dapat diturunkan mencapai 63,8% - 78,7%.
Tim Elephant Flying Squad secara rutin, dua kali dalam seminggu, berpatroli ke daerah yang berbatasan dengan Taman Nasional Tesso Nilo. Saat berpatroli, pawang dan gajahnya akan mengidentifikasi tanda-tanda keberadaan gajah liar sehingga upaya pengusiran/penggiringan ke hutan dapat dilakukan lebih awal.
Patroli dengan gajah Flying Squad hanya dilakukan pada siang hari. Sebelum melakukan patroli, tim harus membawa peralatan lengkap dan mempersiapkan diri dengan baik, terutama kondisi fisik pawang dan gajah. Mereka harus dalam kondisi yang sehat. Karena itulah gajah Flying Squad jantan yang sedang dalam fase musth/birahi tidak diperkenankan ikut patroli. Demikian pula gajah betina yang sedang hamil tidak diperkenankan ikut dalam penggiringan gajah liar. Saat menemukan tanda-tanda keberadaan gajah liar, tim harus mencatat ke tabel yang tersedia dan bisa melakukan penanganan.
Gajah Flying Squad yang ada di Taman Nasional Tesso Nilo memiliki kehidupan yang sama seperti gajah liar di alamnya. Gajah-gajah latih tersebut dibiarkan hidup di hutan dan tidak dikandangkan. Yang membedakannya dengan gajah liar, mereka memiliki jadwal latihan fisik serta jadwal patroli dua kali seminggu pada pagi hari selama dua jam setiap patroli.
Untuk menjaga kualitas kehidupan mereka, gajah Flying Squad tersebut dirawat kesehatannya dengan baik oleh dokter hewan. Peranan dokter hewan di Elephant Flying Squad WWF-Taman Nasional Tesso Nilo ini ialah sebagai tenaga medis. Dokter hewan memiliki fungsi wajib dalam memonitoring, menangani, mendiagnosa, serta memberikan terapi dan pengobatan. Tak jarang dokter hewan juga memberikan saran dan masukan yang berkaitan dengan kesehatan gajah Flying Squad.
Menurut Standar Operasional Prosedur Flying Squad (2010), tugas tenaga medis adalah melakukan pemeriksaan fisik secara rutin terhadap kondisi gajah dan menulis hasil pemeriksaan fisik gajah dalam rekam medis. Jadi, masing-masing individu gajah anggota Elephant Flying Squad memiliki rekam medis. Hal tersebut dilakukan dengan harapan kondisi kesehatan gajah Flying Squad dapat terjaga dengan baik, mitigasi konflik dapat berjalan dengan maksimal, dan konservasi Gajah Sumatera dapat terwujud nyata.