PEMUDA ALOR TUNJUKAN SEMANGAT KEMERDEKAAN
Menyambut kemerdekaan RI ke-74, pemuda Alor dari berbagai komunitas merayakannya dengan melihat kembali alam dan lingkungan sekitarnya lewat aksi bersih-bersih pasar dan pantai. Kegiatan bersih pasar dan pantai dilakukan di dua lokasi; Pasar Kadelang dan Pantai Bungawaru, kelurahan kalabahi Timur Kota Kalabahi. Lokasi ini dipilih karena berdasarkan data jejaring pendataan sampah plastik Plastic Free Ocean Network (PFON) 2019, jumlah sampah pesisir terbanyak ditemukan di lokasi ini. Gerakan ini dinamakan “Bersih Darat, Cintai Pantai, Menghadap Laut 2.0”, sebagai bentuk partisipasi dalam kegiatan Menghadap Laut 2.0 yang diinisiasi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan komunitas serta relawan se-Indonesia.
Pasar Kadelang adalah pusat kegiatan perekonomian ibukota kabupaten. “Dengan berjualan di pasar, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, membayar jaminan kesehatan, hingga menyekolahkan anak,” jelas Zakarias Mautuka, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Kabupaten Alor. “Namun di sisi lain, aktivitas pasar tersebut menimbulkan masalah karena Pasar Kadelang merupakan salah satu sumber produksi sampah terbesar,” tambahnya.Sebanyak 20 komunitas pemuda, komunitas keagamaan, 9 lembaga pendidikan SD hingga Perguruan Tinggi, 7 komunitas keagamaan pemuda, dan 2 lembaga/organisasi lainnya di Alor bergabung dalam gerakan ini.
Secara keseluruhan terdapat 186 orang peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan “Pemuda Alor Bersih Darat, Cintai Pantai, Menghadap Laut 2.0” di Pantai Kadelang, Jumat (16/8/2019) lalu. Bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Alor dan UPT Pasar, juga pengurus terminal -- UPT Perhubungan, kegiatan yang diinisiasi Plastic Free Ocean Network (PFON) Alor, KNPI DPD Kabupaten Alor dan Komunitas Alor Siap Beraksi (KASI) selama 2,5 jam tersebut berhasil mengumpulkan 2.038 kg (2 ton) sampah. Jika dikalkulasi lebih lanjut, sampah dari pasar menyumbang kurang lebih 65% dari keseluruhan sampah domestik dan non-domestik di Kabupaten Alor. Berdasarkan hasil kajian pembangunan TPA Alor oleh tim Kementerian Pekerjaan Umum Provinsi NTT pada 2018, sebanyak rata-rata 0,49 kg sampah dihasilkan setiap orang - setiap hari.
Dalam rangkaian kegiatan Menghadap Laut, dilakukan pula sosialisasi bebas sampah oleh Putri Pariwisata Alor 2019. Dukungan dan ajakan untuk hidup bersih, juga memilah sampah menjadi organik dan anorganik juga dilakukan oleh Puskesmas Kenarilang. Berbagai pernyataan mendukung kelestarian lingkungan juga dinyatakan oleh peserta dari Program Keluarga Harapan, melalui Gerakan Satu Meter Bersih Alor.
Tim PFON Alor juga menjelaskan bahaya sampah plastik untuk kehidupan manusia, utamanya karena sampah plastik jika menyatu dengan alam, baik di darat maupun laut, dapat terurai menjadi komponen kecil, yang disebut mikroplastik. Komponen tersebut, jika terakumulasi dalam tubuh, bersifat karsinogenik atau beracun. Hal serupa juga bisa terjadi, jika asap bakaran sampah plastik terhirup oleh manusia.
Kegiatan Menghadap Laut lanjutan juga digelar di kawasan pesisir RT 01 Bungawaru, Kelurahan Kalabahi Timur pada hari Minggu (18/8/2019). “Kita sangat senang dengan adanya kegiatan ini, masyarakat dan pihak RT menyambut baik kerja bakti ini,” jelas Daud Kepala RT 01/RW 001. Ada lebih dari 56 orang masyarakat Bungawaru dan komunitas pemuda Alor yang terlibat pada sore itu. Pantai Bungawaru setiap harinya menjadi ‘muara’ karena mendapat sampah kiriman dari sungai Bungawaru, selokan belakang pertokoan, dan sampah yang terbawa dari laut ke pantai. Dalam kegiatan yang diselenggarakan sore hari tersebut, peserta kegiatan berhasil mendapatkan sebanyak 1.883,5 kg sampah.
Sampah yang dikumpulkan dalam kegiatan Menghadap Laut diarahkan untuk dipisah berdasarkan kategori sampah plastik yang dapat didaur ulang dan plastik di daur ulang. Setelah terkumpul, sampah tersebut diantar oleh tim panitia ke Kelompok Pengolah Sampah Muamar. “Salah satu solusinya, sampah yang dapat didaur ulang dapat kita kirim ke kelompok pengolahan sampah Muamar untuk dapat diolah lebih lanjut,” jelas Faryda Veronica Lamma Kolly, Koordinator PFON Alor dari Universitas Tribuana Kalabahi.
Di Alor sendiri, gerakan Menghadap Laut yang merupakan kolaborasi antara komunitas pemuda ini muncul dari kesadaran akan lingkungan hidup yang makin tercemar. Dengan semakin banyak pihak yang terlibat setiap tahunnya, diharapkan semakin banyak pihak yang dapat berkontribusi dan mencari solusi pengelolaan sampah yang lebih baik. Di samping itu, secara kebijakan Alor perlu menyusun Master Plan pengelolaan sampah dan dokumen Jakstrada dan secara teknis perlu dibangun mekanisme TPS 3R di tingkat Kecamatan. Semua demi terwujudnya Kabupaten Alor yang tetap lestari dan indah, agar tetap menjadi lumbung pangan dan ‘Surga di Timur Matahari’ NTT.