MEWUJUDKAN LAMPUNG SEBAGAI SURGA BAGI GAJAH SUMATERA
Oleh: Hijrah Nasir
“Mewujudkan Lampung sebagai surga bagi gajah sumatera” adalah tema dari talkshow kali ini. Kegiatan berseri yang diberi nama G-Talk yang berarti bincang-bincang tentang gajah ini diinisiasi oleh Rumah Konservasi Sahabat Gajah dan WWF Indonesia yang menghadirkan narasumber yang berkecimpung dalam konservasi gajah di Lampung. Sebut saja Dra. Elly Lestari Rutiati, M.Sc. Dosen Biologi MIPA Universitas Lampung ini telah lama bekerja mendampingi masyarakat desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Way Kambas yang masih berkonflik dengan gajah liar. Selain itu hadir pula Ir. Wiyogo Supriyanto yang merupakan Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. WWF Indonesia yang telah lama bekerja dalam konservasi gajah di TNBBS juga hadir sebagai pembicara yang diwakili oleh Beno Fariza Syahri sebagai Management Effectiveness in Protected Area Officer WWF Indonesia – Southern Sumatra Landscape.
Ada pula Drs. Asrian Hadicahyana yang merupakan pengamat ekonomi di Lampung.
Elly Lestari menjelaskan tentang pengalamannya melakukan pendampingan masyarakat di Desa Brajaharjosari, Lampung Timur yang merupakan desa yang sering berkonflik dengan gajah. Rombongan gajah liar kadang mencari makan di kebun masyarakat sehingga memicu terjadinya konflik. Untuk mengurangi kerugian masyarakat, potensi desa dengan keberadaan gajah ini dikelola menjadi paket wisata. Walhasil saat ini desa tersebut telah dikenal sebagai desa wisata yang mulai ramai dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sebagai perwakilan dari pemerintah provinsi Lampung di bidang kehutanan, Wiyogo Supriyanto bercerita tentang upaya yang selama ini dilakukan oleh pihaknya dalam melindungi satwa langka tersebut. Ia menjelaskan tentang peran besar gajah dalam kehidupan manusia. Sebagai perwakilan dari NGO yang bekerja di taman nasional untuk melindungi gajah sumatera dan habitatnya, WWF menjelaskan tentang kondisi yang dihadapi gajah sumatera, khususnya di lanskap TNBBS termasuk ancaman yang dihadapi dan upaya yang telah dilakukan WWF bersama dengan mitra lainnya.
Acara ini hadir sebagai media untuk merangkul berbagai pihak dalam upaya konservasi gajah di Lampung. Hal tersebut diwujudkan melalui pembentukan sekretariat bersama yang diberi nama Rumah Konservasi Sahabat Gajah. Komunitas ini merupakan gabungan dari multi-stakeholder, mulai dari LSM, akademisi, media, seniman, forum CSR perusahaan, komunitas pecinta gajah liar (KOPAGALI), termasuk WWF Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa gajah yang merupakan ikon provinsi Lampung saat ini mengalami berbagai ancaman kepunahan, baik karena penyusutan habitat, ancaman perburuan dan perdagangan illegal, ataupun berkonflik dengan manusia. Berita tentang kematian gajah di berbagai daerah di Sumatera mewarnai pemberitaan media massa akhir-akhir ini. Hal ini menjadi tantangan besar di tengah lemahnya penegakan hukum yang ditempuh kepada pelaku kejahatan satwa langka ini.
Selain menghadirkan narasumber dalam talkshow, acara ini juga menghadirkan ratusan karya seni bertema gajah yang dipamerkan oleh seniman Lampung dan siswa-siswa SMK 5 Bandar Lampung berupa, seni tekstil (batik tulis), seni pahat, dan kerajinan perak. Tak ketinggalan pameran foto tentang gajah yang dihadirkan oleh WWF Indonesia. Ide dibalik pelibatan seniman dan siswa SMK ini adalah bagaimana mendekatkan masyarakat tentang konservasi gajah melalui pendekatan kreativitas.
“Ketika Lampung mampu mem-branding gajah sebagai ikonnya, hal tersebut akan mampu menjadi daya ungkit ekonomi yang besar dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan sehingga akan dengan sendirinya memunculkan kepedulian dari semua pihak untuk melindungi keberadaan mereka.” Ucap Asrian yang hadir sebagai pembicara dalam talkshow ini.
Acara G-Talk ini pula mengajak serta siswa TK sejumlah 20 orang untuk ikut dalam lomba mewarnai setelah sebelumnya mendengarkan dongeng tentang gajah yang dibawakan oleh staff WWF Indonesia, volunteer WWF dan anggota Rumah Konservasi Sahabat Gajah. Dengan antusias, anak-anak ini menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pemateri.
“Kenapa gajah tidak boleh dibunuh?” Hijrah Nasir yang merupakan staff komunikasi WWF Indonesia Sumatera Bagian Selatan melemparkan pertanyaan yang dijawab riuh oleh siswa-siswa.
“Karena itu dosa”. Jawab salah satu siswa dengan wajah polos.
“Karena gajah punya peran penting di alam. Setiap harinya gajah mengkonsumsi sekitar 200 kilogram makanan. Dari makanan tersebut terdapat biji-biji yang akan disebarkan dalam perjalanan mereka yang mampu mencapai 170 km2. Selain itu, kotorannya pun dapat menjadi pupuk alami bagi tanaman. Oleh karena itu gajah memiliki fungsi untuk merawat hutan.”jawabnya.
Mengenalkan tentang gajah kepada anak juga penting agar bisa menumbuhkan kepedulian mereka terhadap satwa dan habitatnya sejak dini. Sosialisasi tentang pentingnya keberadaan gajah bukan hanya disampaikan kepada siswa TK tapi juga kepada siswa SMK 5 Bandar Lampung yang merupakan sekolah seni. Harapannya agar siswa-siswa ini mampu mengenal gajah lebih baik dan membuat karya yang terinspirasi dari gajah sehingga mampu menopang ekonomi kreatif di Lampung.
Salah satu seniman lokal yang ikut dalam Rumah Konservasi Sahabat Gajah adalah Bambang SBY yang juga merupakan Wakil Ketua Dewan Kesenian Lampung. Dia ikut memamerkan lebih dari 30 karyanya dalam bentuk lukisan dengan media kopi.
“Kopi dan gajah merupakan representasi simbol dari Lampung. Sehingga melalui karya-karya ini, saya berharap bisa menggabungkan dua hal tersebut.” tambahnya.
TNBBS sebagai salah satu habitat penting bagi gajah sumatera mengalami laju penurunan hutan sebesar 3,04 % dari 2014 ke 2016. Penurunan ini disebabkan oleh konversi lahan hutan menjadi perkebunan. Hal ini membuat habitat gajah semakin menyempit dan tak jarang menimbulkan persaingan antara gajah dan manusia. Menurut data yang dikumpulkan oleh WWF Indonesia dan mitra strategis di TNBBS, kantong-kantong populasi gajah di TNBBS saat ini hanya ada di 8 titik. Hal ini diperkirakan jauh berkurang dibandingkan sebelumnya karena maraknya ancaman perburuan, perambahan, dan konflik dengan manusia. Rumah Konservasi Sahabat Gajah diharapkan bisa menjadi inisiatif bersama untuk mendorong semua pihak ikut memiliki kepedulian terhadap pelestarian gajah sumatera di Lampung.