MENYELAMATKAN TAPIR DI TESSO NILO
Seekor Tapir (Tapirus indicus) yang terjerat di Taman Nasional Tesso Nilo, Pelalawan, Riau berhasil diselamatkan oleh tim Elephant Flying Squad dan petugas dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo pada 16 Oktober 2017 lalu.
Kaki kiri depan Tapir betina dewasa ini tejerat di belukar batas kawasan TNTN. Tim yang tiba di lokasi menemukan Tapir ini tengah berusaha melepaskan kakinya dari jerat. Tim berupaya melepaskan Tapir dari jerat yang melilit kakinya namun awalnya Tapir bereaksi cukup agresif. Tim tetap berusaha menolong dan selang beberapa waktu Tapir berhasil lepas dari jeratan.
Tim mengejar Tapir tersebut untuk melepaskan jerat yang dibawanya dan setelah melepaskan ikatan jerat kemudian diberikan pengobatan berupa obat luka gusanex dan betadine. Kaki kiri yang terjerat tidak mengalami luka, diperkirakan Tapir ini baru terjerat satu malam sehingga belum mengalami cedera berarti. Namun tim mendapatkan kaki kanan depan sepertinya pernah mengalami luka sebelumnya, terlihat dari kukunya yang hampir lepas. Tim menduga Tapir ini pernah terkena jerat sebelumnya, tim memeriksa kaki kanan dan memastikan tidak ada jerat yang lengket di kaki tersebut. Setelah melakukan pengobatan tim kemudian melepas Tapir tersebut yang kemudian berlari ke dalam hutan.
Dari hasil penelusuran tim di sekitar lokasi, jerat tersebut kemungkinan dimaksudkan untuk menjerat rusa. Tim pun menelusuri sekitar lokasi dan menemukan dua jerat yang masih terpasang. Informasi Tapir terjerat ini berawal dari warga yang melaporkan kepada Balai Taman Nasional Tesso Nilo. Kepala Seksi Wilayah I TNTN, Taufik Hariyadi, SP menyampaikan informasi kepada tim Elephant Flying Squad yang ketika itu tengah bersiap-siap melaksanakan patroli rutin sekitar Taman Nasional Tesso Nilo dengan menggunakan gajah. Tim segera berdiskusi menyusun rencana penyelamatan Tapir dan meluncur ke lokasi kejadian yang berjarak sekitar 1 kilometer dari kantor seksi wilayah I.
Tim merasa lega dan gembira telah berhasil menyelamatkan dan mengobati Tapir tersebut yang berlangsung hampir 3 jam. Namun tim sangat prihatin dengan keberadaan jerat-jerat di sekitar lokasi. Ini akan menjadi perhatian bagi tim dalam melakukan patroli gajah untuk memantau keberadaan jerat di sekitar wilayah patroli. Elephant Flying Squad kerjasama WWF dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo merupakan tim penanggulangan konflik manusia-gajah. Tim melakukan patroli rutin guna mencegah terjadinya gangguan gajah pada kebun dan pemukiman masyarakat.
Tapir adalah binatang herbivora yang memakan dedaunan muda di hutan atau pinggiran sungai. Tapir memiliki bentuk tubuh seperti babi, telinga yang mirip badak dan moncongnya yang panjang mirip trenggiling, sementara lenguhannya lebih mirip suara burung daripada binatang mamalia. Tapir merupakan hewan yang soliter, kecuali pada musim kawinnya. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari (nokturnal). Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah. Jangkauan jelajah tapir sangat luas karena mereka cenderung berjalan jauh untuk menemukan lokasi yang kaya garam mineral. Dahulu, tapir Asia dapat ditemukan diseluruh hutan hujan dataran rendah di Asia Tenggara termasuk Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar Burma, Thailand, dan Vietnam. Namun populasinya menurun tahun-tahun belakangan ini, dan seperti jenis-jenis tapir lainnya juga terancam kepunahan.