BERSAMA PARA MITRA, WWF INDONESIA LAKUKAN SURVEI OKUPANSI GAJAH KALIMANTAN
Oleh: Agus Suyitno
Human-Elephant Conflict Mitigation Officer
Pada tanggal 13-23 Februari 2018 WWF Indonesia melakukan kegiatan survei okupansi Gajah Kalimantan di Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan. Kegiatan survei dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan para pihak diantaranya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nunukan, Pecinta Alam Gapeta Borneo Nunukan, Mahasiswa Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda, Satgas Konflik Gajah Tulin Onsoi dan masyarakat setempat. Tujuan survei ini adalah untuk memperbaharui data survei sebelumnya pada tahun 2012 atau 6 tahun yang lalu dimana jumlah populasi sebelumnya diperkirakan 30-80 individu dengan luas habitat sekitar 93.800 Ha.
Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode okupansi untuk mendata sebaran keberadaan habitat Gajah Kalimantan dikombinasikan dengan metode dung count untuk penghitungan populasinya. Survei okupansi memakai grid atau petak survei ukuran 5x5 km, di dalamnya terdapat grid kecil ukuran 1x1 km, sedangkan dung count merupakan pengumpulan data temuan kotoran gajah.
WWF Indonesia telah menetapkan wilayah survei Gajah Kalimantan sebanyak 40 grid survei, 1 grid survei dengan ukuran 5x5 km (25 km²) sehingga luas areal yang menjadi target survei Gajah Kalimantan dari tahun 2018 hingga 2019 mendatang adalah 1.000 km² atau 100.000 hektar, jika survei dapat terselesaikan di tahun 2018 akan lebih baik tentunya. Data survei ke depan diharapkan dapat digunakan oleh para pihak sebagai rujukan dalam implementasi kegiatan konservasi Gajah Kalimantan.
Metode survei okupansi dan dung count merupakan metode yang baru pertama kali diterapkan di dalam survei ini, sebelum pengambilan data lapangan selama 2 hari dilakukan pelatihan kepada tim survei yang dilatih oleh Wisnu Sukmantoro dari lembaga Perkumpulan Gajah Indonesia (PGI).
Survei kali ini difokuskan pada daerah-daerah sungai yang menjadi bagian habitat Gajah Kalimantan, kegiatan survei dibagi atas 4 tim yaitu tim sungai Agison, tim sungai Sibuda, tim sungai Apan dan tim sungai Tampilon. Perjalanan tim ke lokasi survei harus menggunakan perahu yang memakan waktu 1 sampai 2 hari. Daerah bagian hulu sungai merupakan daerah yang berat untuk dilalui, tim harus melalui bukit, tebing dan derasnya giram sungai yang berbatu, daerah ketinggian tersebut mencapai 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl).
Dalam kegiatan survei ini, tim masih belum menemukan perjumpaan langsung keberadaan gajah namun tanda-tanda keberadan gajah yang menjadi target survei telah ditemukan oleh semua tim seperti jejak, kotoran, bekas gesekan dan kubangan. Masih sulit bisa mendapatkan perjumpaan langsung dengan gajah mengingat populasinya yang cukup kecil sedangkan habitatnya yang cukup luas. Namun demikian temuan jajak dan kotoran yang didapati menjadi pertanda bahwa keberadaan Gajah Kalimantan masih tetap ada dan berkembang biak di kawasan tersebut.
Kawasan hutan yang telah dilakukan survei yang menjadi habitat gajah Gajah Kalimantan masih dalam kondisi yang cukup bagus, belum ditemukan adanya perambahan hutan atau illegal logging di dalam kawasan tersebut. Namun beberapa ancaman juga ditemukan diantaranya terdapat aktifitas perburuan gaharu di habitat gajah, kegiatan berburu yang menggunakan jerat dan adanya pembukan jalan baru, menurut informasi masyarakat kemungkinan pembukaan jalan baru itu merupakan jalan trans Kalimantan sehingga perlu dikoordinasikan dengan pihak pemerintah.
Dari 14 grid survei yang ditargetkan pada survei kali ini, tim hanya mampu menyelesaikan 10 grid survei karena medan yang cukup berat, kendala utamanya adalah cuaca yang tidak bagus, di lapangan sering terjadi hujan dan banjir terutama di bagian hulu sungai. Dari kegiatan survei ini sekitar 25% wilayah survei sudah dilakukan, sehingga masih ada 75% kawasan yang belum dilakukan survei dan akan dilanjutkan kembali hingga 20018/2019.