MENGENAL YULIANUS YEKWAM, TOKOH MASYARAKAT DARI KAMPUNG NANGGOUW
Yulianus Yekwam adalah tokoh masyarakat di Kampung Nanggouw, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw. Ia berperan aktif dalam kegiatan Pengkajian Risiko Iklim yang diadakan WWF-Indonesia Program Papua pada 25 September hingga 13 Oktober 2023. Kegiatan itu membuat laki-laki berusia sekitar 70 tahun itu sadar dengan perubahan iklim yang terjadi di kampungnya. Ia merasakan suhu lebih panas dari biasanya ketika musim kemarau. Ia pun menyadari bahaya membuka lahan dengan cara membakar saat musim kemarau, karena berpotensi kebakaran lahan dan hutan.
Dan Kekhawatirannya pun menjadi kenyataan. Pada 25 September 2023, saat kegiatan bersama dengan WWF-Indonesia Program Papua, lahan kebun milik seorang warga yang berlokasi di pegunungan terbakar. Padahal, kala Itu panas hanya berlangsung beberapa hari saja.
Yulianus pun menceritakan pengalamannya saat peristiwa kemarau panjang selama enam bulan yang terjadi di Indonesia pada Juni tahun 1982, di mana Papua pun terdampak oleh kemarau tersebut. Saat itu, kebun masyarakat di Kampung Nanggouw mengalami kekeringan sehingga mengalami gagal panen sehingga merugikan masyarakat. Tidak hanya itu saja, kemarau panjang mengakibatkan air sungai mengering, hingga sejumlah burung mati.
Beberapa kejadian yang pernah dialami petani di kampungnya itulah yang disampaikan Yulianus dalam pertemuan dengan tim WWF-Indonesia bersama dengan masyarakat Kampung Nanggouw untuk membahas pengkajian risiko iklim. Ia mengkhawatirkan hal yang pernah terjadi di kampungnya dapat terulang kembali pada masa mendatang.
Oleh karena itu, ia menyadarkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar pada musim panas, dan menggarap lahan menyesuaikan dengan kalender musim. “Jika musim panas terjadi maka masyarakat diminta agar tidak membuka kebun dengan cara membakar guna melindungi dampak terjadinya kebakaran lahan yang dapat menjalar ke kebun-kebun masyarakat lainnya,” ungkapnya.
Jika mengikuti kalender musim, disaat musim panas masyarakat dapat memanen hasil kebunnya. Dan pada saat musim pancaroba, masyarakat dapat kembali menggarap kebunnya untuk ditanami kembali.
Dalam acara diskusi masyarakat kampung dengan tim WWF-Indonesia, Yulianus juga menyampaikan kepada masyarakat untuk menyesuaikan kondisi dengan kerentanan iklim yang terjadi. Masyarakat harus bisa menghitung waktu pada saat pembukaan lahan, penanaman bibit tanaman, serta memanen hasil kebun. Tujuannya agar masyarakat dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi.
Selain aktif di kampungnya, Yulinaus Yekwam juga tokoh aktif yang berperan sebagai penghubung antara pemangku kebijakan pemerintah Kabupaten Tambrauw dengan lembaga masyarakat sipil seperti WWF-Indonesia, Flora Fauna Indonesia, serta lembaga lainnya.
Selain ingin mengembangkan Kampung Nanggouw menjadi lebih baik, Yulianus juga aktif menyampaikan aspirasi masyarakat Kampung Nanggouw kepada WWF-Indonesia terkait agenda rencana aksi yang akan dilakukan. Diantaranya adalah aspirasi terkait perubahan iklim. Yulianus menginisiasi sebuah aturan kampung yang diantaranya adalah, tentang larangan penebangan hutan di sepanjang aliran sungai di Kampung Nanggouw; menyarankan untuk melakukan penanaman bambu, dan tanaman jangka panjang seperti rambutan, durian, dan matoa di sekitar aliran sungai; adanya sebuah himbauan melalui papan larangan atau peringatan akan bahaya longsor yang dipasang di lokasi rawan longsor; adanya papan larangan penangkapan penyu dan penggunaan jaring untuk penangkapan ikan pada aliran sungai yang berada di Kampung Nanggouw.
Selain itu, ia pun mengusulkan adanya sebuah penyuluhan pertanian dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tambrauw, serta Dinas Perkebunan Kabupaten Tambarauw terkait hama dan penyakit khususnya untuk tanaman jangka pendek, seperti rica, sawi, kacang panjang, jagung, kacang tanah, kangkung, dan bayam.
Yulianus Yekwam mengungkapkan, “Hal ini bisa menjadi suatu kegiatan yang bisa dijalankan bersama sesuai dengan permintaan masyarakat yang menjadi kebutuhan,” ungkapnya. Yulianus memiliki semangat untuk menggerakkan masyarakat pada tingkat membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat di Kampung Nanggouw. (*)