INDAHNYA SURGA BAWAH LAUT DI BIAK, PAPUA
Oleh: Blandina Isabella Patty
Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa Biak adalah singkatan dari “Bila Ingat Akan Kembali”. Ungkapan tersebut benar-benar terbukti tatkala kami mengunjungi Pulau Rurbas, salah satu dari gugusan Kepulauan Padaido di Kabupaten Biak, di sebelah utara Papua. Surga bawah lautnya menyimpan keindahan dan kekayaan alam yang membuat kami ingin kembali ke sana tatkala mengingatnya.
Perjalanan kami dimulai pada Kamis (21/01) silam di sela-sela kegiatan Workshop MAC (Margaret A. Cargill Foundation). Usai sarapan pagi, kami 12 orang peserta Workshop MAC, termasuk juga rekan-rekan dari WWF-US, yaitu Cassie O’ Conner, Shubash Lohani, Louise Glew, dan Mohebalian Phillip berjalan kaki menuju dermaga kecil yang tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Dua buah speed boat sudah menunggu dan siap mengantarkan kami menyeberang ke Pulau Rurbas. Kami juga ditemani oleh dive crew yang berpengalaman serta perlengkapan snorkeling yang siap digunakan.
Pagi itu cuaca begitu bersahabat. Ombak kecil dan angin laut pagi hari menyapa seolah menyambut kedatangan kami. Pulau Biak yang letaknya secara geografis berada di utara Papua, rupanya menyimpan sejuta rahasia sejarah Perang Dunia II dan keindahan alam bawah laut yang cukup mempesona. Sepanjang perjalanan menuju pulau, kurang lebih selama 45 menit, salah seorang dive crew bercerita bahwa peninggalan sejarah Perang Dunia bukan hanya ada di Biak kota saja. Di setiap pulau kosong ternyata juga menyimpan jejak sejarah Perang Dunia antara tentara Sekutu dengan tentara Jepang. Bahkan bukan hanya di daratan, tetapi di kedalaman laut pun pernah ditemukan bangkai kapal dari tentara Sekutu. Sampai sekarang, lokasi tersebut menjadi salah satu destinasi terfavorit bagi para penyelam internasional maupun lokal.
Pulau Rurbas Besar yang menjadi tujuan kami merupakan pulau kosong tak berpenghuni. Menurut salah seorang dive crew, Pulau Rurbas merupakan salah satu pulau dari 30 pulau kecil di Biak yang secara keseluruhan disebut dengan Kepulauan Padaido. Jarak dari Pulau Rurbas ke pulau-pulau Padaido lain cukup jauh. Karena Pulau Rurbas tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap, maka pulau inilah yang menjadi destinasi kami.
Setibanya di pulau tak berpenghuni tersebut, kami tidak sabar ingin langsung melompat ke air laut yang begitu bening. Speed boat yang kami tumpangi tidak dapat parkir di bibir pantai karena beberapa meter mendekati bibir pantai terdapat karang-karang indah yang menghiasi pulau ini. Setelah melakukan persiapan dan mendengarkan pengarahan dari dive crew, satu persatu dari kami langsung lompat ke air. Saya pribadi sedikit takut sewaktu ingin melompat karena saya tidak bisa berenang. Tetapi hari itu rasa takut saya hilang dikalahkan oleh rasa penasaran ingin melihat keindahan alam bawah laut. Dan yang pasti karena saya berani karena memakai pelampung.
Matahari pagi itu menyembul malu- malu dari balik bukit. Keindahannya berpadu dengan pesona bawah lautnya. Kami seolah terhipnotis ketika dapat melihat banyak tumbuhan laut yang cantik, terumbu karang, ikan-ikan yang berwarna-warni, serta aneka biota laut lainnya yang sangat unik. Biota laut bermain bebas di rumahnya yang masih indah dan terjaga kelestariannya. Aneka warna nan indah seperti merah, biru, kuning, hijau, dan oranye bergerak-gerak di dalam air membuat kami sangat menikmati berwisata di pulau ini dan merasa enggan untuk keluar dari air. Sungguh kami sangat bersyukur kepada Tuhan karena karya ciptaan-Nya yang begitu luar biasa.
Pulau Rurbas Besar merupakan salah satu tempat yang memiliki keanekaragaman hayati ekosistem koral terbesar di dunia. Di sana tersimpan setidaknya 95 spesies koral dan 155 spesies ikan. Selain itu, terumbu karang yang terdapat di gugusan Kepulauan Padaido adalah jenis terumbu karang cantik dan langka seperti Montiopora digigata, Acropora latistella, A. palifera, Melipora sp, Porites lobata, Porites lutea, dan masih banyak lagi. Namun waktu yang terbatas membuat saya dan teman-teman hanya dapat menikmati sebagian dari keanekaragaman biota laut yang ada di kepulauan ini karena kami hanya bersnorkeling di satu pulau saja.
Ketika jam menunjukkan pukul 11.00 WIT, kami pun beranjak ke Pulau Rurbas Kecil untuk makan siang bersama. Pulau Rurbas Kecil letaknya berseberangan dengan Pulau Rurbas Besar. Keindahan Pulau Rurbas Kecil tidak kalah menarik. Air laut yang begitu bening dengan perpaduan warna biru dan hijau tosca sangat indah dipandang mata. Hamparan pasir putih yang berkilau dengan jajaran pohon kelapa yang melambai seolah menyambut kedatangan kami. Sembari menikmati makan siang yang sudah disediakan oleh pihak hotel, kami juga merasakan kebersamaan yang terbangun di antara para peserta Workshop MAC di Pulau Biak ini.
Menurut seorang dive crew, di sekitar Pulau Rurbas Kecil terdapat banyak ikan hiu yang bermain bebas. Semakin menambah rasa penasaran, kami diajak ke spot di mana ikan-ikan hiu biasa bermain. Begitu mendengar nama hiu, rasa takut pasti ada. Tapi ada rasa penasaran juga ingin melihat salah satu predator laut yang paling menakutkan ini. Setibanya di spot yang dimaksud, kami pun lompat kembali ke air. Pemandangan bawah laut masih tetap seindah di Pulau Rurbas Besar, hanya kali ini perairannya lebih dalam dibanding Rurbas Besar. Saya dan teman-teman memasang mata dengan baik untuk dapat melihat hiu yang sedang bermain bebas di alamnya. Tapi sayangnya tidak semua dari kami yang dapat melihat hiu, hanya beberapa orang saja yang beruntung dapat menangkap dengan mata sendiri hiu yang sedang bermain bebas di bawah laut.
Pada tengah hari, semua rombongan kembali ke dermaga dan bersiap ke hotel untuk melanjutkan workshop. Kami pulang dengan ingatan indah akan Biak. Biak yang ingin kami datangi kembali ketika kami mengingatnya.