MANGROVE SANG PENJAGA MASA DEPAN HABITAT BADAK JAWA
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) kini hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan rumah terakhir dari Badak jawa di dunia. Sebagai habitat tunggal dengan 68 individu, pelestarian habitat satwa ini merupakan salah satu prioritas dalam upaya konservasi Badak Jawa.
Berbagai upaya dilakukan baik oleh pihak Taman Nasional serta beberapa organisasi masyarakat madani terkait konservasi badak telah dilakukan termasuk oleh WWF-Indonesia Program Ujung Kulon. Kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah dilakukan oleh WWF-Indonesia, Program Ujung Kulon bekerja sama dengan PT. BCA tbk. dan Taman Nasional Ujung Kulon menjadi salah satu upaya dalam pelestarian habitat Badak Jawa. Mengapa program rehabilitasi mangrove?
Kegiatan rehabilitasi mangrove ini difokuskan di kawasan mangrove yang menghubungkan habitat Badak Jawa. Ancaman abrasi dan bencana alam seperti tsunami dikhawatirkan dapat memutus sambungan habitat Badak Jawa ini. Apabila sambungan ini terputus, maka akan mengakibatkan adanya dua populasi Badak Jawa. Adanya dua populasi ini dapat menurunkan daya jelajah Badak Jawa sehingga dapat menimbulkan kemunduran genetik Badak Jawa, menghambat terjadinya perkawinan untuk perkembangan populasi yang sehat sehingga dapat menimbulkan kepunahan. Mangrove yang sudah sangat dikenal sebagai penahan abrasi diperlukan di kawasan ini. Oleh karena itu, program rehabilitasi mangrove melalui program NEWTRees dilakukan sebagai upaya pelestarian habitat dan populasi Badak Jawa.
Kegiatan rehabilitasi mangrove sudah diinisiasi sejak tahun 2017. Program rehabilitasi mangrove ini selain merupakan salah satu upaya dalam pelestarian Badak Jawa juga memberikan wacana baru bagi masyarakat yang berada di Desa Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon untuk terlibat secara langsung dan dapat mengimplementasikan program rehabilitasi mangrove.
Kelompok Bayawak dan Kompilasi merupakan kelompok masyarakat lokal Desa Ujungjaya yang merupakan salah satu Desa Penyangga di Taman Nasional Ujung Kulon dan juga desa terdekat dari lokasi rehabilitasi mangrove, merupakan kelompok lokal yang aktif terlibat dalam pembibitan, penanaman, dan perawatan mangrove. Balai Taman Nasional Ujung Kulon juga sangat mendukung adanya kedua kelompok ini dalam melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove. Sehingga selain untuk menjaga konektivitas habitat Badak Jawa, program ini juga memiliki dampak secara sosial untuk mengajak para pihak bukan hanya masyarakat di Penyangga Taman Nasional saja untuk berperan serta dalam perbaikan lingkungan dan pelestarian habitat Badak Jawa.
Tentunya dalam melakukan rehabilitasi mangrove, tim tidak melewati proses yang mulus-mulus saja beberapa tantangan juga dihadapi. Adanya kematian dari mangrove yang ditanam yang dikarenakan faktor alam seperti arus musim barat dan timur, bencana alam, serta hama kelomang. Tim juga menghadapi beberapa kesulitan untuk mendapatkan bibit yang bisa diperbanyak dan ditanam merupakan tantang tersendiri yang harus dihadapi. Beberapa upaya seperti peningkatan kapasitas terkait penanaman, monitoring, dan perawatan mangrove terus dilakukan dan diupayakan oleh tim. Melalui beberapa studi dan usaha tanpa lelah tim rehabilitasi mangrove, satu-per satu masalah tersebut dapat dikurangi oleh tim.
Melalui kerja keras tim dan para pihak yang terlibat diharapkan di masa yang akan datang mangrove dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat menjadi barisan penjaga habitat Badak Jawa dan juga menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon.