KEBAKARAN HUTAN TAK MENGHALANGI SEMANGAT PARA GURU
Api kebakaran hutan dan lahan masih menyala di sebagian wilayah di Provinsi Riau. Asap semakin tebal hingga membuat sesak, namun tidak membuat surut niat kepala sekolah dan guru-guru untuk mengikuti Pelatihan Kewirausahaan Hijau, Penulisan dan Dokumentasi. Pelatihan ini merupakan bagian dari Program Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) WWF-Indonesia yang dilaksanakan pada 18-21 September 2019 di Rumah Belajar Air Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar.
Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan guru-guru dari 4 sekolah di Desa Tanjung yang menjadi binaan WWF-Indonesia dalam pendidikan berkelanjutan. Suasana ruangan tempat pelatihan menjadi semakin riuh, ketika peserta mulai menggambar, hingga menjelaskan brosur tentang rencana usaha yang ingin dikembangkan. Peserta tampak begitu senang, ketika mulai berdiskusi dan rekan kelompok lalu mengekspresikan rencana usahanya dalam sebuah kertas dan diberi warna.
Pelatihan kewirausahaan hijau ini bertujuan untuk mengembangkan inisiatif usaha kecil yang ekonomis, tidak merusak lingkungan, menguntungkan dan bertanggung jawab secara sosial, dan di sisi lain diharapkan dapat menambah pendapatan sekolah.
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan diwajibkan untuk menyusun rencana bisnis yang akan dilakukan lengkap dengan brosur atau media promosi.
“Yang pasti bisnis yang direncanakan tidak merusak lingkungan dan harus menguntungkan”, ucap Rini Andriani, pemateri dan perwakilan dari WWF-Indonesia.
Setelah menentukan ide bisnis yang akan dipilih, peserta mulai menjelaskan ide usaha yang akan dilakukan. Setelah diperoleh penjelasan mengenai ide usaha, peserta mulai mengembangkan gagasan usaha, menyusun rencana pemasaran meliputi konsumen, harga, tempat, media promosi dan lainnya.
Ada kelompok yang merencanakan pengembangan agrowisata, warung sayur dan buah sehat alami. Peserta tampak begitu semangat dan antusias mengikuti pelatihan yang diberikan. Ada kesenangan tersendiri bagi para peserta ketika mereka menggambar, mewarnai lalu menjelaskan setiap rencana bisnis yang telah direncanakan.
Salah satu ide menarik adalah perencanaan pengembangan agrowisata yang diberi nama Agrowisata Sungai Maisiok. Sungai Maisiok adalah nama sungai yang ada di Desa Tanjung, dulunya sungai ini memiliki debit air yang melimpah, digunakan oleh masyarakat sebagai mata air untuk persawahan juga kolam ikan. Namun saat ini debit air sudah semakin berkurang disebabkan oleh hilangnya tutupan hutan.
“Konsep agrowisatanya, kami ingin menanam kembali lahan-lahan yang terbuka dengan tanaman-tanaman buah yang produktif sekaligus menjadi tempat rekreasi”, ungkap M.Ikbal, perwakilan kelompok Agrowisata.
Sejalan dengan ide usaha yang direncanakan ini, WWF-Indonesia Program Riau juga memiliki program rehabilitasi daerah tangkapan air waduk Koto Panjang di Desa Tanjung dengan luas lahan 82,5 ha. Hal ini didasari oleh keprihatinan degradasi kawasan sekitar waduk tersebut yang telah terjadi bertahun-tahun sementara wilayah ini menjadi pemasok energi listrik bagi Riau dan Sumatera Barat. Jika program ini berhasil, dalam 10-20 tahun lagi rencana bisnis yang sudah dirancang akan dapat terwujud dan Desa Tanjung menjadi tujuan destinasi wisata agro-forestry.
“Dalam kegiatan ini ada banyak sekali metode pembelajaran yang bisa diterapkan seperti pembelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan perencanaan bisnis, matematika berkaitan dengan hitung hitungan modal bisnis, dan juga nilai seni diperoleh dari gambar sebagai media promosi produk tersebut”, terang Rini Andriani.
Melalui kegiatan ini WWF-Indonesia ingin membantu Dinas Pendidikan dan sekolah sekolah agar Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik. Selain itu kewirausahaan hijau dapat mendorong setiap sekolah untuk mengembangkan potensi sekolah sehingga dapat menjadi agen perubahan dalam ruang lingkup kecil di sekolah dan dapat ditularkan ke masyarakat desa.
WWF-Indonesia melalui Program Pendidikan untuk Pembagunan Berkelanjutan juga memberikan motivasi kepada tenaga pendidik untuk belajar menulis. Menulis merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan kegiatan sekolah ke dunia luar. Harry B.Koriun, salah seorang pewarta senior di Pekanbaru memberikan pelatihan singkat penulisan. Peserta diberikan pemahaman tentang teknik teknik dasar dalam menulis berita maupun feature. Harapannya peserta dari tiap sekolah bisa menuliskan kegiatan-kegiatan di sekolahnya dan dapat dipublikasikan salah satunya pada pustakasumatera.org
Peserta juga memperoleh pengetahuan tentang fotografi yang diberikan oleh seorang praktisi fotografi di Pekanbaru, Fachrozi Amri. Fotografi menjadi hal yang penting dalam mendukung sebuah tulisan yang baik. Pada musibah tsunami misalnya, informasi lewat foto menjadi hal yang sangat mutlak untuk dapat menyampaikan pesan kepada publik. Setiap kegiatan yang ada di sekolah, harapannya didokumentasi dengan baik, sehingga dapat memperkenalkan sekolah dan juga memotivasi sekolah-sekolah lain.
Setiap sekolah memiliki potensi sumber daya masing masing, ada yang meiliki lahan yang luas, memiliki perkebunan dan potensi lain yang bisa dikembangkan untuk menambah pendapatan ke sekolah. Melalui program Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan, komunitas sekolah diharapkan dapat menjadi pengelola sumber daya alam yang bijak.
Untaian kata bijak dari Suku Indian Cree, “Bila pohon terakhir telah ditebang, tetes air terakhir telah tercemar dan ikan terakhir telah ditangkap, barulah manusia sadar bahwa uang tidak bisa dimakan.” Jangan sampai generasi Indonesia menjadi orang-orang yang terlena dengan sumber daya alam yang terlihat melimpah di sekitarnya.