KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI: UPAYA MENGURANGI TEKANAN TERHADAP KAWASAN TNUK SEBAGAI HABITAT BADAK JAWA
Oleh: Kurnia Oktavia Khairani (Project Leader Ujung Kulon) & Natalia Trita Agnika
Siang itu, puluhan perempuan sedang antusias mengikuti pertemuan di sebuah majelis taklim di Kampung Cilubang, Desa Cibadak, Kecamatan Ciamanggu, Kabupaten Pandeglang. Mereka sedang mengikuti kegiatan “Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)”. KRPL merupakan sebuah kegiatan optimalisasi/pemanfaatan pekarangan rumah dengan penanaman aneka sayur-sayuran/tanaman semusim untuk memenuhi kebutuhan di tingkat rumah tangga.
Kelompok perempuan tersebut, selain terlibat kegiatan kelompok KRPL, mereka juga terlibat dalam kegiatan Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis (SLPE), yaitu kegiatan pembelajaran tanaman padi, tanaman pokok masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan utama pangan. Namun cara bercocok tanam yang konvensional (pemakaian kimia dan pestisida) mengakibatkan ekosistem tidak seimbang serta produk beras yang tidak sehat. Melalui SLPE, para ibu belajar bersama bagaimana mengelola lahan sawah yang berkelanjutan dengan memerhatikan unsur-unsur ekosistem sawah dan hutan di kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Kelompok ini terbentuk pada November 2017 dengan nama Kelompok KRPL Cilubang yang diketuai oleh Ibu Kujum. Awal terbentuknya kelompok ini didasari inisiatif Oyok, Kepala Desa Cibadak yang meminta tim Community Development WWF-Indonesia Program Ujung Kulon untuk melakukan kegiatan di desanya yang sesuai dengan potensi dan keperluan masyarakat setempat. Secara organisasi, kelompok ini masih belajar bagaimana cara berorganisasi karena baru terbentuk dan belum seperti kelompok tani wanita pada umumnya yang secara kelembagaan diakui secara penuh kedudukannya. Untuk memperkuat secara kelembagaan, kaum ibu yang tergabung dalam kelompok ini melakukan pertemuan rutin setiap minggu sekali untuk membahas perkembangan sayuran di pekarangan dan meningkatkan secara teknis kemampuan budi daya sayuran. Mereka membuat rumah semai sayuran di setiap sub kelompok serta membuat pupuk hayati, pestisida nabati, dan lainnya
Melalui pengelolaan pertanian secara ramah lingkungan dan optimalisasi lahan-lahan pekarangan yang berada di sekitar kampung mereka, akan didapatkan manfaat pada dua aspek, yaitu aspek ekonomi dan ekologi. Secara ekologi, praktik pertanian yang mereka lakukan selalu memperhitungkan keseimbangan ekosistem dan upaya membangun keragaman/ekosistem yang saling menguntungkan. Kondisi ini secara tidak langsung akan berdampak pada upaya mengurangi tekanan terhadap kawasan TNUK sebagai habitat Badak Jawa. Secara ekonomi, dengan kegiatan ini, diharapkan kebutuhan bahan pangan (sayuran dan bumbu) sehari-hari dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan bahan pokok (sayuran dan bumbu) sehari-hari ini dengan sendirinya akan mengurangi pengeluaran, dan produk yang dihasilkan merupakan bahan pangan yang sehat (tanpa pestisida dan bahan kimia).
Saat ini anggota Kelompok KRPL Cilubang berjumlah 75 orang, yang tersebar di lima sub kelompok. Mereka semua berasal dari satu kampung, yaitu Cilubang. Rata-rata anggota sub kelompok berjumlah 15 perempuan yang kesehariannya adalah ibu rumah tangga, petani padi, dan pekebun di ladang.
Beberapa tantangan dihadapi oleh kelompok ini, di antaranya beberapa anggota kelompok yang belum terbiasa dengan pola pertanian ramah lingkungan. Selain itu, hewan ternak yang tidak dikandangkan terkadang membuat tanaman di pekarangan rusak. Namun solusi bersama, baik dalam hal penguatan organisasi kelompok maupun upaya peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis masih terus dilakukan.
Keberadaan kelompok perempuan ini sangat penting untuk penyebaran pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman tentang kesadaran ekologis bagi kelompok masyarakat lainnya, seperti manfaat keberadaan kawasan hutan sebagai suplai air dan manfaat jaring/rantai makanan untuk pengendalian hama di sawah/tanaman. Dengan demikian peran kelompok ini sangat penting dalam memperkuat dan menjaga kawasan TNUK tetap lestari karena beberapa di antara mereka sudah menyadari manfaat dari keberadaan kawasan TNUK tersebut