#XPDCMBD: PAUS DAN KAMERA (2)
Penulis: Beginer Subhan (IPB)
“Bun, ayo bangun!” ujarku kepada rekan satu kamar, Ubun (WCS). Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 waktu setempat, sementara saya dan Tim Laut harus berangkat menyelam di titik pertama di Pulau Romang satu jam kemudian. Ubun pun langsung bangun dan kami langsung naik terburu-buru ke ruang makan yang terletak di dek tengah tepat di atas kamar tidur. Karena terlalu bersemangat, kami tidak sadar bahwa kapal sebenarnya tidak dalam kondisi berhenti dan masih melaju cukup kencang dari Selat Wetar menuju Pulau Romang. Kami pun merasa sedikit kesal karena ‘kepagian’ bersiap-siap.
Namun kekesalan itu tidak bertahan lama. Seketika kami mendengar suara santai Rifai, Mualim 1 Seven Seas, yang menanyakan, “Mau lihat paus gak?” Saya dan Ubun pun terkejut dan sejenak terdiam terpaku. Mulut tidak bisa berbicara seakan terkunci rapat. Tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, saya langsung berpindah tempat ke ruang makan mengambil kamera tele dan bergegas menuju dek kapal paling atas.
“Itu ada dua pausnya,” lanjut Rifai, sambil menunjuk ke arah matahari terbit yang kebetulan juga searah dengan haluan kapal. Saya pun segera mengarahkan lensa kamera mengikuti arah jari telunjuk pria berusia 33 tahun itu. Benar saja, terlihat jelas dua ekor Paus Sperma (Physeter macrocephalus) yang sedang berenang pelan ke arah selatan. Jari telunjuk kanan saya pun tak henti-hentinya menekan tombol shutter kamera untuk mengambil foto, bahkan merekam video, hingga beberapa menit kemudian kedua mamalia laut itu menghembuskan udara melalui lubang sembur, melambaikan sirip seakan mengisyaratkan ‘sampai jumpa lagi’ kepada kami, lalu akhirnya menyelam lebih dalam dan tidak tampak lagi bagian tubuh mereka di permukaan air.
Akhirnya, setelah kejadian mengecewakan dengan Paus Biru dua hari lalu, saya mendapatkan kesempatan kedua untuk mengabadikan salah satu momen bersejarah dalam hidup saya. [Baca juga: Paus dan Kamera (1)]
Berbeda dengan Paus Biru (Balaenoptera musculus), Paus Sperma adalah paus bergigi terbesar di dunia yang berburu cumi-cumi hingga di kedalaman lebih dari 2000 meter. Menurut Daftar Merah IUCN, mamalia laut ini dilindungi dengan status konservasi ‘rentan’ akan ancaman kepunahan (vulnerable). Dahulu kala ketika masa jaya perburuan paus, dunia industri menjadikan Paus Sperma sebagai target utama untuk diambil minyak spermaceti – yang dapat ditemukan di bagian dalam kepala – dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan lilin.