#XPDCMBD: PAUS DAN KAMERA (1)
Oleh: Beginer Subhan (IPB)
Hari ini (2/11), kami masih melanjutkan perjalanan dari Maumere menuju perairan Pulau Wetar. Di sela-sela perjalanan, tim ekspedisi melakukan persiapan dan pematangan material ekspedisi. Pertemuan dilakukan oleh kedua tim yaitu Tim Laut dan Tim Darat. Tim Laut beranggotakan saya, Indra (IPB), Ubun (WCS), Estra (WWF-Indonesia), dan Tiela (WWF-Indonesia).
Tim Laut yang dikoordinasi oleh Estra, memilih tempat berkumpul di bagian buritan dek paling atas. Kami melakukan pertemuan bersama Kapten Kapal Seven Seas, Wahyu, dan pemandu selam, Jefri. Selama pertemuan ini, Estra menjelaskan tentang prosedur dan rencana penyelaman yang akan dilakukan esok hari (3/11) saat kami tiba di perairan Pulau Wetar.
Saat pertemuan berlangsung, saya sempat berpikir untuk mengambil kamera dan lensa tele yang sudah saya siapkan, karena mungkin akan terjadi hal menarik untuk didokumentasikan. Namun entah kenapa, saya menghiraukan insting saya tersebut. Saat pertemuan hampir selesai, benar saja, hal luar biasa pun terjadi!
Setelah selesai berdiskusi dengan Tim Seven Seas, tiba-tiba terdengar teriakan Kapten Wahyu dari ruang kemudi, “Paus!!!”, diiringi bunyi semburan air cukup keras dari bagian sebelah kanan kapal. “Paus Biru,” lanjut pria asal Labuan Bajo itu sambil menunjuk ke buritan kapal. Mata saya pun langsung mengikuti arah yang ditunjuk oleh Kapten Wahyu. Sekitar jarak 100 meter, terlihat punggung paus yang sedang di permukaan laut lalu tiba-tiba menghilang begitu saja. Hanya selang beberapa detik, satwa mengagumkan itu terlihat kembali berenang sudah cukup jauh menuju arah barat.
Perasaan saya bercampur aduk, antara senang dan sedih. Saya senang karena sebagai seorang ahli biologi laut, kejadian ini merupakan pengalaman pertama saya melihat paus secara langsung di habitat alamnya. Di lain sisi, saya juga sedih sekaligus kesal karena tidak bisa mengabadikan momen langka tersebut. Walaupun tidak jadi mengambil kamera tele, saya sempat berusaha menangkap gambar paus biru itu dengan kamera telepon selular namun tidak berhasil juga.
Sejak kejadian ini, kemana pun saya pergi – walaupun tetap di dalam kapal – saya selalu waspada dengan membawa kamera tele. Saya yakin selama kurang lebih 13 hari kedepan, pasti akan menemukan kejutan-kejutan baru lainnya dari alam Maluku Barat Daya yang menarik untuk didokumentasikan.
Paus Biru (Balaenoptera musculus) adalah makhluk hidup terbesar yang pernah tinggal di bumi. Saat dewasa, ukuran badan Paus Biru dapat setara dengan pesawat jet penumpang. Walaupun besar, Paus Biru hanya makan salah satu hewan terkecil yang ada di laut, yaitu krill, sejenis rebon/udang kecil.
Pada zaman dahulu, Paus Biru banyak diburu untuk diambil baleen atau serabut di bagian mulut yang berguna untuk menyaring makanan. Baleen banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk dijadikan sikat dan aksesoris pakaian. Walaupun saat ini aktivitas perburuan sudah jauh berkurang, Paus Biru masih dikategorikan sebagai spesies laut terancam punah karena populasi mereka masih terancam akibat aktivitas manusia di laut yang menyebabkan polusi suara dan air. Bahkan, banyak Paus Biru yang ditemukan mati karena tertabrak kapal atau tercabik baling-baling kapal.