#XPDCMBD: KILAS PANDANG PERIKANAN
Penulis: Adrian Damora (Fisheries Science Officer, WWF-Indonesia)
Memiliki karakteristik sebagai kabupaten kepulauan, menjadikan perikanan sebagai salah satu sektor perekonomian andalan bagi masyarakat MBD. Sektor perikanan di kabupaten ini tergolong perikanan skala kecil. Hal ini tercermin dari teknologi penangkapan ikan yang digunakan, baik armada penangkapan maupun alat tangkapnya. Armada penangkapan yang digunakan nelayan-nelayan di kabupaten ini didominasi oleh armada-armada kecil dengan jangkauan daerah penangkapannya yang rendah. Armada penangkapan tersebut terdiri dari perahu tanpa motor (dalam bahasa lokal disebut sampang), perahu motor tempel sederhana (dalam bahasa lokal disebut katingting) dan perahu motor tempel cepat (speed boat). Di beberapa pulau seperti Pulau Liran, Pulau Masela dan Pulau Daweloor, bahkan sangat didominasi oleh sampang.
Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di MBD cenderung sama di setiap pulaunya. Alat tangkap tersebut terdiri dari jaring insang (gill net), pancing (handline), bubu (traps), panah, dan tombak (spear). Di beberapa pulau, antara lain Pulau Kisar, Pulau Letti dan Pulau Moa, sudah mulai digunakan pukat cincin (dalam bahasa lokal disebut jaring bobo), serta rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikannya. Pemanfaatan sumber daya ikan di Kabupaten Maluku Barat Daya terbagi menjadi dua, yakni pemanfaatan di dalam meti (zona intertidal) dan di luar meti (inshore dan offshore). Pemanfaatan di dalam meti biasanya memanfaatkan biota-biota bentik, seperti beberapa jenis teripang, diantaranya teripang susu (Bohadschia marmorata) dan teripang pasir (Holothuria scabra); lola (Trochus niloticus); batulaga (Turbo marmoratus); bia mata bulan (Turbo spp.); bia marsegu (Cymbiola vespertilio); kima (Tridacna spp.); dan lobster (Panulirus spp.).
Untuk pemanfaatan di luar meti, sumber daya targetnya adalah ikan-ikan bersirip yang terdiri dari ikan pelagis dan ikan karang. Ikan pelagis yang tertangkap di kabupaten ini terdiri dari jenis-jenis ikan pelagis kecil, antara lain layang (Decapterus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.), julung-julung (Hemiramphus spp.), kuwe (Caranx spp.), dan teri (Stolephorus spp.). Sedangkan untuk jenis-jenis ikan pelagis besar, antara lain tuna sirip kuning (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus sp.), dan tongkol (Euthynnus affinis dan Auxis thazard). Untuk ikan karang, jenis-jenis yang umumnya tertangkap, antara lain jenis kerapu (famili Serranidae), kakap (famili Lutjanidae), ekor kuning (famili Caesionidae), sikuda (Lethrinus spp.), baronang (Siganus spp.), dan napoleon (Cheilinus undulatus). Selain perikanan tangkap, di MBD juga terdapat aktivitas budidaya dengan satu komoditas, yaitu rumput laut. Jenis rumput laut yang dibudidaya hanya jenis kotoni (Eucheuma cottonii). Budidaya rumput laut di MBD hanya berpusat di Pulau Luang, meskipun di pulau-pulau lain pernah dilakukan namun mengalami kegagalan panen.
Rantai pemasaran ikan hasil tangkapan di MBD terbilang sempit. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan hasil tangkapan hanya untuk konsumsi pribadi. Adapun yang memasarkan ikan hasil tangkapannya, terbatas hanya di kalangan penduduk desa, desa tetangga atau pulau tetangga saja. Itu pun dijual dengan harga yang cukup rendah. Hasil tangkapan yang dijual biasanya berupa ikan segar, ikan asin dan ikan asap. Beberapa waktu terakhir ini sudah mulai ada perusahaan-perusahaan besar yang mengumpulkan ikan hasil tangkapan nelayan, terutama jenis-jenis kerapu dan napoleon.
Secara umum, komoditas perikanan tangkap maupun budidaya di MBD bernilai ekonomis penting dan bernilai jual tinggi. Pengembangan sektor perikanan dengan prinsip keberlanjutan perlu untuk dilakukan di kabupaten ini, dengan memperhatikan rantai pemasaran yang memudahkan nelayan memasarkan hasil tangkapan dan budidaya.