#XPDCMBD: CARI JALAN TEPAT AGAR TAK TERJEBAK
Penulis: Estradivari (WWF-Indonesia)
Atol Meatimiarang dan Pulau Luang adalah pemberhentian kami yang keenam dan ketujuh di Ekspedisi Maluku Barat Daya ini. Meski terletak bersebelahan, kedua tempat ini memiliki karakteristik topografi yang sangat berbeda dibanding wilayah lain yang kami kunjungi selama ekspedisi. Namun, keduanya memiliki dua persamaan, yaitu hanya memiliki satu jalan masuk kecil menuju laguna/pulau dan sangat dipengaruhi oleh pasang surut.
Pasang surut yang relatif tinggi ini mempengaruhi pola pemanfaatan sumber daya laut dan cara hidup masyarakat, baik di Atol Meatimiarang maupun di Pulau Luang. Contohnya saja ketika air sedang surut, kedua tempat yang memiliki laguna yang sangat dangkal dan luas ini akan nampak lebih luas daripada ketika arus pasang. Kondisi pasang surut ini juga mempengaruhi lalu lintas kapal yang keluar–masuk jalan masuk, serta berkeliling di sekitar pulau-pulau.
Masyarakat lokal yang telah hidup secara turun-temurun di pulau-pulau ini tentunya sudah beradaptasi penuh dengan kondisi pasang surut ini. Mereka memiliki kearifan lokal yang kuat tentang periode pasang surut dan bagaimana cara mengemudikan kapal mereka untuk keluar-masuk pulau tanpa terjebak bahkan ketika sedang kondisi surut sekalipun. Sementara, tim Darat Ekspedisi Maluku Barat Daya dan kru Seven Seas hanya bisa mengandalkan peta batimetri dan tabel arus yang diproduksi oleh pemerintah untuk menentukan dari mana dan kapan waktu terbaik untuk memasuki pulau-pulau tersebut.
Rifai, Mualim 1 Seven Seas, tak lupa melengkapi diri dengan peta yang telah dipasang pada telepon selular miliknya. Peta tersebut menunjukkan topografi pulau-pulau untuk menemukan jalan yang aman bagi kapal cepat untuk memasuki pulau-pulau tersebut. Walaupun Tim Darat dan para kru telah bersiap dengan segala macam data dan informasi untuk memasuki pulau, keadaan sebenarnya saat berada di lapangan merupakan sebuah tantangan tersediri. Tak terhitung pengalaman kapal cepat yang kami tumpangi terjebak di daerah pasir dan terumbu yang sangat dangkal sehingga membuat Tim Darat dan kru harus turun ke air untuk mendorong kapal cepat keluar dari area dangkal tersebut.
Bertanya kepada nelayan setempat tentang bagaimana cara masuk dan keluar dari pulau pun akhirnya menjadi pilihan paling potensial. Biasanya, dengan ramah para nelayan akan menunjukkan jalan kepada kami. Waktu Tim Darat yang terbatas untuk mengumpulkan data sosial dan perikanan di desa, yang hanya bisa dilakukan saat air pasang, juga dapat cepat diselesaikan dengan bantuan para nelayan setempat. Kami tak perlu lagi bersusah payah mencari jalan yang tepat untuk menghindari peristiwa mendorong kapal cepat keluar dari area dangkal. Terima kasih, Pak Nelayan!