“SAYANG ANAK, SAYANG KARANG!”
Oleh: Faridz R. Fachri (Fisheries Business Officer, WWF-Indonesia)
Merupakan sebuah hal yang menarik ketika seluruh anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Cahaya bersama beberapa nelayan, pengepul, akademisi, dan Pemda Maluku Tenggara, bertemu dalam rangkaian kegiatan “Pelatihan Peningkatan Wirausaha Perikanan dan Penyediaan Bahan Baku yang Ramah Lingkungan Berkelanjutan”, pada tanggal 23 November 2015 lalu di Gedung Aula PAUD, Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan KUB Cahaya dengan para pelaku penyedia bahan baku, yaitu para nelayan penangkap ikan tenggiri, pengepul ikan, dan pembudidaya rumput laut kotoni. Selain itu, diadakan juga pelatihan untuk peningkatan manajamen usaha; keuangan; motivasi usaha; dan kesepakatan dalam penggunaan bahan baku perikanan yang berasal dari praktik-praktik yang ramah lingkungan, sebagai salah satu langkah penelusuran asal usul bahan baku itu berasal (tracebility), mulai dari lokasi tangkapan atau budidaya, alat tangkap yang digunakan, proses budidaya yang dilakukan, serta siapa yang melakukannya.
Proses pelatihan berjalan sangat efektif. Peserta terlihat aktif berdiskusi serta menyimak seluruh materi pelatihan. Suasana diskusi menjadi hidup ketika para stakeholder membahas praktik-praktik perikanan berkelanjutan. Masing-masing dari stakeholder memberikan pendapatnya terkait dengan hasil perikanan yang dilakukan dengan cara tidak bertanggung jawab seperti penggunaan bom. Banyak dari peserta, baik dari pihak pemerintah maupun nelayan dan pengepul, sangat kesal dengan praktik perikanan ini.
Untuk menindaklanjuti isu ini, seluruh peserta sepakat untuk tidak mendukung dan membeli ikan dari hasil bom dan membahas ciri-ciri ikan yang ditangkap dengan bom secara bersama. Ciri-ciri tersebut antara lain rangkaian tulang belakang yang hancur, warna yang lebih pucat dan pudar, serta rasa yang hambar ketika dimasak.
Selain membahas isu dan pencarian solusi terkait praktik perikanan tidak bertanggung jawab, para peserta juga berharap kedepannya akan muncul kelompok masyarakat seperti KUB Cahaya, yang mana dapat mengintegrasikan nilai konservasi dengan aspek sosial ekonomi dalam menjalankan bisnisnya. Di akhir acara, semua peserta berdiri dan mengepalkan tangan bersama-sama sambil berteriak “Sayang Anak, Sayang Karang!”, sebagai bukti mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
Semoga semangat yang terjalin dari kegiatan ini dapat selalu tertanam dan meneguhkan komitmen para peserta pelatihan dalam upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan yang mendukung perlindungan kawasan konservasi Taman Pulau Kecil (TPK) Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara.
Pelatihan dihadiri oleh seluruh anggota KUB cahaya dari 3 desa Ohoi Ohoidertutu, Ohoi Ohoira, dan Ohoi Ngilngof; nelayan dari Ohoi Selayar; pengepul ikan dari Ohoi Ngursit dan Ohoi Dunwahan; pembudidaya rumput laut dan nelayan dari Ohoi Ohoililir; Dinas Koperasi dan UKM Maluku Tenggara; Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku Tenggara; Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Tenggara; serta beberapa perwakilan dari Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Maluku Tenggara