SAATNYA MENJAGA KAWASAN CORAL TRIANGLE
Oleh: Natalia Trita Agnika
Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle/CT) membentang seluas enam juta kilometer persegi di enam negara, salah satunya Indonesia. Kawasan ini menjadi sumber utama penghidupan dan pangan bagi masyarakat di sekitarnya dan memiliki peran penting bagi ekosistem di bumi.
Tercatat 76% spesies terumbu karang dunia, 6 dari 7 spesies penyu laut, dan sekitar 2.228 spesies ikan karang menjadikan kawasan CT sebagai rumah. Terbayang bagaimana dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan bumi secara keseluruhan jika terjadi terjadi ketidakseimbangan ekosistem di sana. Sudah sepantasnyalah seluruh pihak—baik pemerintah maupun non-pemerintah—menjaga dan melestarikan kawasan yang dibagi kepemilikannya oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon ini.
Oleh karena itulah setiap 9 Juni, dunia memperingati “Coral Triangle Day”; sebuah ajang kampanye pelibatan publik dalam upaya perlindungan kawasan Segitiga Terumbu Karang yang memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
Di Indonesia, peringatan “Coral Triangle Day” tahun ini diisi dengan kegiatan “Sustainable Seafood Festival” pada 13-14 Juni 2015 mendatang di Kuta, Bali. Serangkaian acara menarik akan digelar, di antaranya Color Turtle Run, Seafood Dine Out, dan Responsible Seafood Market.
Ancaman terhadap kondisi ekosistem di kawasan CT muncul dari perubahan iklim. Tak hanya mengancam terumbu karangnya, perubahan iklim juga mengancam ekosistem ikan, hutan bakau, dan stabilitas masyarakat di daerah itu. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, sebagian besar bagian dari kawasan ini akan hilang pada akhir abad ini (sumber: www.panda.org/coraltriangle). Gaya hidup masyarakat urban yang tak ramah lingkungan memicu pemanasan global. Karena itulah, penerapan gaya hidup hijau harus segera dimulai. Aneka bentuk gaya hidup hijau yang sederhana dan menyenangkan dapat dipelajari melalui seri stiker “Green Lifestyle WWF” yang dapat diunduh di Blackberry Messenger Shop.
Selain perubahan iklim, surga bawah laut Coral Triangle juga terancam rusak akibat praktik penangkapan ikan secara besar-besaran dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Besar kemungkinan makanan laut yang kita santap berasal dari kawasan ini yang diekploitasi dengan buruk. Gaya hidup kuliner seafood yang makin berkembang memberi kontribusi dampak negatif pada kondisi ekosistem terumbu karang. Tingginya permintaan seafood menyebabkan praktik penangkapan ikan dilakukan secara besar-besaran dan bahkan menggunakan cara-cara yang tak lestari.
Sebagai masyarakat perkotaan, kita dapat ikut menjaga kelangsungan kawasan Coral Triangle dengan kesadaran untuk membeli dan mengkonsumsi seafood ramah lingkungan yang dihasilkan dari praktik-praktik yang legal serta tidak merusak. Salah satu caranya dengan merujuk pada seafood guide setiap kali hendak membeli makanan laut.
Gaya hidup yang kita lakukan dapat mengubah banyak hal, termasuk mengubah kondisi lingkungan. Menerapkan gaya hidup hijau menjadi salah satu cara mudah untuk turut menjaga ekosistem laut dan menjaga surga bawah laut di kawasan Coral Triangle.
Catatan untuk editor:
- Coral Triangle merupakan wilayah laut dengan tingkat keanekaragaman hayati karang paling tinggi di bumi. Keberadaannya sama pentingnya dengan hutan hujan Amazon dan dataran rendah Kongo bagi kehidupan planet ini.
- Kawasan Coral Triangle mendukung kehidupan 120 juta lebih masyarakat pesisir baik langsung maupun tidak langsung serta miliaran konsumen seafood di seluruh dunia.