DAMPAK SETIAP DAERAH BERBEDA-BEDA
JAKARTA, KOMPAS - Kajian kerentanan dan ""adaptasi perubahan iklim Pulau Lombok yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan The Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit Indonesia menyimpulkan, dampak perubahan iklim satu daerah berbeda dengan dampak di daerah lain. Dampak yang berbeda membutuhkan adaptasi yang berbeda
Kajian kerentanan dan adaptasi perubahan iklim Pulau Lombok pada 2008 dan 2009 itu menunjukkan, kerentanan bencana dan risiko bencana di lima kabupaten/kota yang semuanya di Pulau Lombok ternyata berlainan. Kajian itu, antara lain, menganalisis dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air,sektor pertanian, dan pesisir.
Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Masnellyarti Hilman menyatakan, kajian itu penting untuk merencanakan pembangunan. ""Dulu pemerintah daerah menyatakan semua masyarakat di kawasan pesisir rentan terhadap perubahan iklim. Ternyata tingkatan dampak kenaikan permukaan laut di sejumlah wilayah di Pulau Lombok tidak sama,"" kata Masnellyarti.
Dia juga menyatakan pentingnya adaptasi di sektor pertanian. ""Awal musim hujan telah bergeser dari bulan November menjadi Januari. Itu membuat ka-lender tanam petani harus diubah,"" katanya
Peneliti dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Ibnu Sofian, membenarkan kenaikan paras muka laut di pesisir utara Lombok berbeda dengan pesisir selatan. ""Di utara 6 mm per tahun, sedangkan di selatan 4 mm per tahun. Berbeda tingkat kerentanannya, apalagi risikonya Di daerah lain, risikonya semakin berbeda, dipengaruhi kecepatan kenaikan, pola arus, sedimentasi di garis pantai, dan kuat lemahnya gelombang,"" katanya
Ketua tim Djoko Santoso Abdi Suroso menyatakan, kajian itu telah diadopsi dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(ROW)