Oleh: Natalia Trita Agnika

Bulan September ini WWF telah menapaki usia 55 tahun dalam melakukan berbagai program konservasi di Indonesia. Berbagai program tersebut bermula dari program konservasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon pada tahun 1962.

Badak adalah satwa soliter yang sangat sulit diamati. Sebagai contoh, anggota Rhino Monitoring Unit Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang sering keluar masuk hutan untuk memonitor keberadaan badak Jawa di kawasan TNUK saja hampir tidak pernah bertemu secara langsung dengan satwa langka ini. Keberadaan badak bercula satu ini dapat terpantau berkat kamera jebak (camera trap) yang dipasang di lokasi-lokasi yang menjadi tempat favorit badak, misalnya tempat mencari makan dan tempat berkubang.

Tantangan konservasi Badak Jawa semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ancaman bencana alam muncul karena wilayah tempat tinggal Badak Jawa berada di Semenanjung Ujung Kulon, cukup dekat dengan Gunung Krakatau. Selain itu, Semenanjung Ujung Kulon juga berada cukup dekat dengan sesar pertemuan lempeng Benua Australia dan Asia yang berisiko menimbulkan tsunami. Apabila bencana alam atau wabah penyakit melanda wilayah tersebut, Badak Jawa akan punah dalam waktu yang singkat.

Ancaman lain juga muncul karena adanya invasi tanaman langkap (Arenga obtusifolia) yang mengancam ketersediaan pakan Badak Jawa karena tanaman ini menghalangi sinar matahari yang menyebabkan pakan badak sulit tumbuh.

Peringatan Hari Badak Sedunia (World Rhino Day) pada 22 September ini mengingatkan bahwa saat ini ada lima spesies badak yang masih tersisa di dunia, dua di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Karena itulah kepedulian kita terhadap kelestarian satwa kharismatik ini sangat diperlukan. Kita dapat berperan serta dalam pelestarian badak melalui program Nature Guardian.

Selain termasuk satwa langka dan satwa kebanggaan Bangsa Indonesia, badak memiliki peranan penting. Tahukah Anda bahwa badak memiliki jasa penting untuk memelihara kualitas hutan? Melalui cara makannya sebagai “herbivore browser” (pemakan dedaunan, percabangan muda, dan buah), badak dapat membantu mengurangi pemanasan global karena pertumbuhan vegetasi pohon pakan yang ditandai dengan munculnya pucuk daun baru akan menyerap karbondioksida yang lebih banyak dibanding dedaunan yang sudah tua.

Virtual Run Rhino Run

Fakta menarik lain tentang badak adalah satwa yang terancam punah ini dapat berlari dengan kencang! Meski badannya berat dan kakinya pendek, badak dapat berlari 48-64 km/jam. Kita juga dapat berlari dengan penuh semangat seperti badak. Dalam rangka Hari Badak Sedunia, akan digelar event Virtual Run Rhino Run. Kita bisa berlari sambil mengusung pesan konservasi bagi badak.

Melalui event Virtual Run Rhino Run kolaborasi antara WWF-Indonesia dan Virtual Run Indonesia, publik diajak berlari di lokasi mana saja dengan waktu yang dapat dipilih sendiri. Registrasi dapat dilakukan di virtualrun.id mulai 1 Oktober 2017 dengan biaya pendaftaran sebesar Rp 190.000,-. Setelah itu, peserta wajib berlari atau berjalan sejauh 10 kilometer yang bisa dilaksanakan beberapa kali hingga mencapai minimal target 10 kilometer pada rentang waktu tertentu sesuai ketentuan (21-29 Oktober 2017). Saat berlari, gunakanlah aplikasi lari yang ada di smartphone  dengan fasilitas GPS selalu aktif. Hasil perekaman dari aplikasi tersebut yang akan disubmit ke virtualrun.id.

Pelari yang berhasil menyelesaikan minimal 10 kilometer pada durasi waktu tersebut dan telah melaporkan hasilnya ke vitualrun.id akan mendapatkan jersey, medali finisher Virtual Run, dan e-certificate yang akan dikirimkan ke alamat pelari setelah semua proses verifikasi selesai. Seluruh keuntungan dari kegiatan lari ini akan didonasikan kepada WWF-Indonesia untuk upaya pelestarian badak. Anda juga dapat menambahkan jumlah donasi pada laman registrasi.

Jangan lari dari kenyataan bahwa badak sudah di ambang kepunahan. Ayo, selamatkan badak dengan berlari dalam Virtual Run Rhino Run!