PANDA MOBILE KEMBALI MENYAPA BANDUNG
Oleh: Pratama Aditya & Natalia Trita Agnika
Pekan pertama pada awal November 2015 silam, Panda Mobile melakukan kunjungan ke beberapa sekolah di daerah Bandung, Jawa Barat. Beberapa sekolah di Bandung yang dikunjungi oleh truk edukasi milik WWF-Indonesia ini adalah SDN Cikeruh 01 Jatinangor, SDN Ciawi Jatinangor, SDN Bojongloa 2 Rancaekek, SDN Tanjungsari 4, SDN Cikeruh 2, dan SD Al Ma’soem Rancaekek. Berbagai aktivitas bertema lingkungan hidup disampaikan oleh tim Panda Mobile kepada para siswa sekolah dasar tersebut. Di salah satu sekolah, terdapat 29 siswa dari Kelas Sekolah Luar Biasa penyandang disabilitas. Ini menunjukkan bahwa Panda Mobile menyebarkan pesan konservasi kepada semua orang.
Kehadiran Panda Mobile ke Bandung kali ini atas undangan dari HERO (Chemistry for Society), Universitas Padjadjaran, Bandung dalam rangka penyadartahuan kepada masyarakat tentang kepedulian terhadap lingkungan hidup. Beberapa mahasiswa dari Universitas Padjadjaran pun turut terjun langsung dengan menjadi voluntir Panda Mobile.
Di masing-masing sekolah, awal kegiatan selalu dibuka dengan storytelling menarik dari Kak Ryan. Melalui dongengnya yang diringi dengan permainan gitar, Kak Ryan memukau anak-anak dengan cerita tentang sampah plastik. Melalui dongeng tersebut, mereka jadi makin mengerti tentang bahaya sampah plastik bagi lingkungan sekitar dan satwa. Setelah menyimak storytelling ini, diharapkan para siswa dapat memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Selanjutnya, secara bergantian, mereka menonton film tentang pemburu harimau, gajah, dan orangutan di atas truk Panda Mobile. Pada sesi ini anak-anak terlihat sangat antusias karena dapat naik ke atas truk dan melihat isi Panda Mobile lebih dekat. Usai menonton film, mereka bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para voluntir. Para siswa juga diajak untuk mengamati lingkungan sekitar mereka, di antaranya dedaunan, batuan, rerumputan, dan juga plastik. Dengan mengamati setiap perubahan yang terjadi di sekitar mereka, para siswa dapat menjadi lebih peka terhadap setiap perubahan yang terjadi di lingkungan.
Tak hanya belajar secara teori, anak-anak juga berkesempatan mempraktekkan secara langsung kegiatan yang dapat mengurangi jumlah sampah melalui kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle). Dipandu oleh kakak-kakak voluntir, mereka mengubah kardus bekas menjadi bingkai foto yang cantik. Di beberapa sekolah, kegiatan 3R diisi dengan membuat paperbag dari koran bekas. Dengan mengkreasikan barang-barang yang sudah tak terpakai tersebut, para siswa jadi lebih mengerti bahwa barang yang sudah tak terpakai dapat dimanfaatkan kembali sehingga tidak hanya berakhir menjadi sampah.