MENJAMAH PERMADANI HIJAU IBU KOTA NUSANTARA
Angin sepoi-sepoi membelai wajah kami. Saya tidak seorang diri. Ada sejumlah rekan menemani. Kami tengah duduk di bawah naungan rindang. Tentu, bagi saya yang datang dari Jakarta, suasana seperti ini teramat langka.
Sembari rehat, berbincang-bincang mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan esok hari di kegiatan Kemah Konservasi. Kebetulan saya dan beberapa rekan mewakili WWF-Indonesia dalam acara yang digelar oleh Otorita Ibu Kota Nusantara.
Tak lama kemudian, kami menyadari ada seekor beruk berjalan mendekati lokasi perkemahan. Saya mengamati tingkah pemilik nama ilmiah Macaca nemestrina itu dengan seksama. Dia lalu mengendap-endap, seperti ingin menyapa tetamu barunya.
Taman Wisata Alam Bukit Bangkirai
Kawasan Wisata alam Bukit Bangkirai berada di Kecamatan Samboja, Kutai kartanegara, Kalimantan Timur. Jaraknya, sekitar 58 km dari kota Balikpapan. Luas permadani hijau yang dilindungi ini sebesar 1.290,6 hektare. Sementara, kawasan yang menjadi tempat wisata hanya seluas 500 hektare.
Bukit Bangkirai memiliki peran yang sangat penting yang dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan. Selain itu, kawasan ini dibangun dengan tujuan guna mengembangkan potensi wisata alam dan ilmiah serta dapat meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan terutama flora dan fauna.
Boleh jadi alasan itulah Kemah Konservasi dilaksanakan di lokasi ini, karena memang Bukit Bangkirai memiliki keindahan alam yang sangat memanjakan mata dan menyejukkan hati. Selama dua malam mengikuti kegiatan kemah konservasi yang berlangsung 18-20 Agustus lalu, saya cukup menikmatinya walaupun harus tidur di tenda.
Suara burung berkicau sangat riuh sepanjang hari. Menjelang malam, suara-suara yang saya dengar justru semakin ramai. Kicau burung bersahutan, lalu pekik serangga ikut menimpali. Rimba raya ternyata bising. Namun, keramaian penghuninya juatru membuat hati bahagia.
Perkemahan singkat ini dilaksanakan untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya hidup berdampingan bersama satwa liar dan dapat melestarikan hutan di calon Ibu Kota Indonesia dan sekitarnya.
Ibu Kota Nusantara memiliki misi menjadi wajah komunitas perkotaan hijau yang rendah emisi di Indonesia. Nantinya, transportasi untuk publik yang akan disediakan adalah transportasi umum berkualitas tinggi dan ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi polusi dan kebisingan. Pejalan kaki, pesepeda dan pengguna transportasi publik akan menjadi prioritas utama dalam upaya memanusiakan manusia. Itulah wajah Ibu Kota Nusantara di masa mendatang.
Pungky Widiaryanto, Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber daya Air, Otorita Ibu Kota Nusantara menitipkan pesan kepada saya.“OIKN saat ini sedang menyiapkan sebuah lokasi yang disebut rimba hutan di mana akan dilepasliarkan orangutan yang tentunya dengan pengawasan, di lahan dengan luas sekitar 1000 Ha. Lahan tersebut merupakan bekas tambang, bekas kebun sawit dan sebagainya dan nantinya akan “dihutankan” kembali untuk pelestarian orangutan.”
Vicentius Kurniawan, perwakilan peserta kemah konservasi dari SMAN 1 Jempang, Kutai Barat mengungkapkan, “Kegiatan kemah ini menarik dan menyenangkan, saya mendapat ilmu baru dan teman baru. Selain itu, saya juga mendapatkan pembelajaran bagaimana menjaga sumber daya alam yang ada di Kalimantan, dan berharap dengan adanya pembangunan Ibu Kota nantinya Kalimantan dapat menjadi kota yang lebih maju lagi.”
Bobby Rahman, guru pendamping dari Kutai Barat yang turut dalam kegiatan ini mengungkapkan, “Kegiatan ini memberikan pemahaman baru terutama untuk generasi muda yang berada di wilayah sekitar pembangunan IKN. Di sisi lain, konsep pembangunan IKN yang harmoni dengan alam, menurut saya perlu disampaikan kepada anak muda. Karena, mereka perlu meneruskan konsep ini di masa depan.”