MEMPERKUAT KAPASITAS NELAYAN PURSE SEINE MELALUI PELATIHAN BMP ALAT TANGKAP JARING LINGKAR
Lebih dari 40 persen tangkapan tuna global tahunan ditangkap menggunakan rumpon. Cara ini dianggap efisien untuk penangkapan yang menargetkan tuna. Namun begitu, metode ini dapat memiliki proporsi penangkapan spesies non-target dan tuna juvenil yang lebih tinggi daripada beberapa metode lainnya, sehingga dapat mengakibatkan terjeratnya spesies non-target seperti hiu dan penyu. Perbaikan dalam manajemen perikanan di tingkat Regional Fisheries Management Organization (RFMO), termasuk perbaikan manajemen rumpon, diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan mencegahnya penangkapan yang berlebihan dari spesies target dan tangkapan sampingan (ISSF, 2019).
Alat Tangkap Ikan Jaring Lingkar di perairan Indonesia, salah satunya di Kendari, juga memiliki ketergantungan yang tinggi pada rumpon dalam operasi penangkapannya. Hal ini mengakibatkan adanya potensi hasil tangkapan sampingan, baik yang juvenile maupun spesies lain yang terancam punah dan dilindungi (Endangered, Threatened, and Protected/ETP). Kasus ini memperlihatkan bahwa perlu adanya sebuah panduan yang dapat membantu kapten dan segenap kru kapal Alat Tangkap Ikan Jaring Lingkar memiliki pengetahuan dan pemahaman terkait mitigasi dan penanganan hasil tangkapan sampingan (bycatch), serta menerapkannya saat melakukan kegiatan penangkapan.
Mempertimbangkan hal-hal di atas, Yayasan WWF Indonesia mencoba untuk melakukan pengembangan dan pelatihan Better Management Practices (BMP) dalam rangka memberikan peningkatan kapasitas dan pemahaman nelayan guna meminimalisir dan memitigasi dari besarnya komposisi tuna juvenile pada hasil tangkapan Alat Tangkap Ikan Jaring Lingkar, dan penanganan pada hasil tangkapan sampingan/bycatch spesies ETP. Pelatihan tersebut dilaksanakan 9-10 November 2020 lalu, bertempat di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. Pelatihan ini diikuti oleh 48 peserta yang berprofersi sebagai kapten dan anak buah kapal dari 25 armada jaring lingkar di Kendari.
Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Ir Mansur, MM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan dukungan untuk kegiatan ini dan berharap agar pelatihan ini berguna untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan informasi di tingkat nelayan mengenai praktik penangkapan, penanganan, dan menjaga kualitas hasil tangkapan, serta aturan-aturan terkait praktik perikanan tangkap yang telah dikeluarkan di Indonesia.
Pada awal kegiatan, seluruh perserta diminta mengisi lembar pre-test sebelum menerima materi pelatihan. Selama pelatihan ini perserta pelatihan juga akan menerima berbagai materi menarik dan tentunya bermanfaat dari intansi-intansi terkait. Beberapa materi yang dimaksud di antaranya yaitu: Kebijakan Perizinan dan Pendaftaran Kapal Perikanan di Sulawesi Tenggara oleh Femmy, S.Pi (Kelapa Seksi Sarana dan Prasarana Bidang Perikanan Tangkap); Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan Hasil Tangkapan oleh Recky Pangemanan, S.St.Pi, M.Si (Kepala Bidang Operasional Pelabuhan dan Kesyanbandaran); Biota Dilindungi dan Terancam Punah serta Ukuran Layak Tangkap Tuna oleh Jupri, M.St.Pi (Badan Pengelola Sumberdaya Perikanan dan Laut Makassar); dan Penanganan Bycatch pada Perikanan Purse Seine oleh Yayasan WWF Indonesia.
Pada sesi diskusi, peserta diberikan kesempatan bertanya jawab kepada semua narasumber yang telah memberikan penjelasan. Sebelum kegiatan ditutup peserta kembali diminta untuk mengisi lembar post-test juga lembar evaluasi kegiatan untuk menjadi bahan kegiatan pelatihan ke depannya.
Tak hanya sekadar memberikan pelatihan, kegiatan ini memberikan ruang diskusi dimana para peserta bisa berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi sehari-hari. Dari kegiatan ini, ada banyak masukan berharga untuk materi terkait pratik penanganan dan upaya mitigasi adanya hasil tangkapan sampingan yang disampaikan oleh para peserta, yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk penyempurnaan dokumen Better Management Practices ini guna mendorong terwujudnya praktik perikanan tangkap yang berkelanjutan.