LONJAKAN HARGA KOPI TAK BISA DIMANFAATKAN
JAKARTA - Meskipun harga kopi dunia sedang naik, Indonesia tidak bisa memanfaatkan momentum tersebut. Sebab, volume ekspor kopi Indonesia tengah menurun.""Selain itu, produksi kopi nasional mengendur akibat penundaan panen karena pengaruh perubahan iklim,"" kata Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan Yamanah A.C. di gedung Kementerian Perdagangan kemarin.
Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, pertumbuhan ekspor kopi dari produsen dalam negeri cenderung negatif. Nilai ekspor kopi sepanjang Januari hingga April tahun ini mencapai US$ 158,6 juta atau sekitar Rp 1,44 triliun. Angka tersebut turun 20 persen ketimbang nilai ekspor pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 199,8 juta atau setara dengan Rp 1,8 triliun.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Rachim Kartabrata menjelaskan, harga kopi jenis robusta di pasar internasional naik sejak sepekan lalu. Harga kopi robusta menjadi US$ 1,6 dari sebelumnya US$ 1,4 per kilogram. Adapun harga kopi jenis arabika menyentuh US$ 3,2 per kilogram. ""Arabika produksi Indonesia jenis spesial, yang harganya lebih tinggi 30 persen ketimbang arabika biasa,"" ujarnya.
Rachim mengatakan nilai ekspor selama periode Januari-April turun lantaran stok kopi pada 2009 menipis. ""Stok kopi pada 2009 sudah hampir habis terjual karena pada tahun tersebut harga kopi sedang tinggi, yang mencapai US$ 2,2 per kilogram,"" ujar dia. Tidak mengherankan jika tahun lalu nilai ekspor kopi bisa menembus US$ 700 juta.
Melihat kinerja ekspor pada kuartal pertama, ia pesimistis kinerja ekspor tahun ini bisa menyerupai prestasi pada 2009. Pasar kesulitan mencari kopi. Kalaupun ada, harganya di tingkat petani juga mahal, sehingga Rachim tak dapat memprediksi kapan panen kembali normal. Namun Rachim berharap setidaknya nilai ekspor kopi tahun ini bisa menembus US$ 500 juta. (eka utami aprilia)