MENJAWAB CLIMATE CHANGE, MELOKALKAN ISU GLOBAL
Fakta-fakta perubahan iklim, yang acap disebut climate change, pasca UN conference di Bali 18 Desember lalu begitu menghentak. Lanjutan KTT ke-15 Konvensi PBB di Kopenhagen, Denmark makin menyentak. Bumi makin panas itu bukan isu lagi, tetapi sudah menghadang di depan mata.
ITULAH yang membuat Walikota Bekasi Mochtar Mohamad merasa tidak cukup hanya sekedar prihatin. Retorika saja tidak cukup, bahkan cenderung membosankan. Saatnya bergerak, menanam merawat pohon, menghijaukan kawasan, dari titik yang paling dekat lingkungan kita. ""Saya sudah memberi contoh, saya ingin warga dengan kesadaran sendiri, cinta penghijauan."" kata dia.
Pengusaha, pemilik lahan, juga aktif menanam. Konsep pengembang perumahan dan perkantoran harus ada sentuhan green building, yang memikirkan efek rumah kaca. Di mana ada space kosong, jalan, sudut-sudut kota, harus dioptimalisasi dengan green. Tahun 2010. adalah tahun menanam. green year. Saya akan kampanye habis-habisan untuk penghijauan Bekasi,"" tuturnya.
Mochtar sadar, ibarat mahkiuk, bumi sudah makin tua. Ruang-ruang hijau yang menjadi paru-paru bumi, semakin sempit. Produksi oksigen dunia, barang yang dulu diberi secara cuma-cuma dalam jumlah yang tidak terbatas oleh Tuhan, kini berkurang drastis. Bukan tidak mungkin, kelak orang harus membawa tabung oksigen ke mana-mana. Itupun harus dibeli mahal. Betapa repotnya?
""Ingat, bumi yang kita pijak, air yang kita minum ini bukan warisan nenek moyang kita. Tetapi pinjaman dari anak cucu kita. Sebagai orang beragama, pinjaman itu harus dikembalikan. Hutang tetap hutang, yang harus dibayar lengkap dengan bunganya. Kalau dulu iklim dunia sejuk. pepohonan banyak. produksi air dan oksigen melimpah, kita pun harus mengembalikannya,"" jelas Mochtar.Dia contohkan hamparan es Greenland, salju abadi terbesar kedua di dunia mencair lebih cepat dari estimasi. Tahun 2001, Forum Keilmuan Pemanasan Global PBB memperkirakan tebal cover es Greenland hanya akan mencair tipis sepanjang abad 21.
Namun, Jumal mingguan Inggris, Nature, mengagetkan, angka rata-rata kehilangan es 250 persen antara Mei 2004 - April 2006. Kini hilang 249 kubik km (59.5 cu miles) per tahun. Sebanding dengan naiknya permukaan laut global sekitar 0.5 mm (0,02 inchi) per tahun. ""Pekerjaan terbesar kita adalah download kesepakatan Copenhagen Accord, seperti yang diangkat Presiden SBY. Bagaimana menahan dampak perubahan iklim, jangan sampai suhu naik dua derajat Celcius di tahun 2050? Menurunkan emisi gas rumah kaca? Pembangunan yang ramah lingkungan? Lebih banyak actions, daripada retorika?"" ungkap pria berputera tiga ini dalam menterjemahkan dan melokalkan isu global, (bersambung/don/dny)