KOMITMEN PARA PIHAK DIBUTUHKAN UNTUK PELESTARIAN PESUT KALIMANTAN
Jakarta (21/3)—Lokakarya pelestarian pesut Borneo diadakan selama dua hari di Jakarta. Lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, WWF-Indonesia, dan Yayasan RASI tersebut mengundang perwakilan dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur serta perusahaan yang beroperasi di habitat spesies ini.
Perlunya komitmen para pihak dan pengembangan kawasan perlindungan untuk pelestarian pesut Kalimantan menjadi isu sentral dari lokakarya ini. Habitat pesut yang membentang dari muara hingga lebih dari 100 km di sungai-sungai Kalimantan mendorong diperlukannya kerjasama dan komitmen para pihak.
“Kami menyadari perlunya rencana tata ruang yang memperhatikan kaidah konservasi untuk mendukung upaya pelestarian yang dilakukan,” ujar Nunu Anugrah dari Direktorat Jenderal PHKA. Pesut menjadi salah satu spesies yang menjadi prioritas Departemen Kehutanan melalui Direktorat Jenderal PHKA, dimana upaya pelestariannya akan dituangkan dalam strategi rencana aksi konservasi. “Kami menyambut baik lokakarya ini dan berharap rekomendasi yang dihasilkan dapat menjadi dasar bagi penyusunan rencana aksi konservasi pesut Kalimantan”.
Hal senada diungkapkan Samsyul Bahri Lubis, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Saya harap lokakarya ini dapat memberikan rekomendasi mengenai pengembangan kawasan pelestarian ekosistem pesut di Kalimantan.” Sebagai salah satu jenis mamalia laut, pesut menjadi target pengelolaan spesies Direktorat KKJI tahun 2010-2014. “Pesut adalah satwa penting Kalimantan dan menjadi fauna identitas provinsi Kalimantan Timur, sangat disayangkan status konservasi spesies ini berada di level kritis menurut daftar merah IUCN,” lanjutnya.
Di Kalimantan, pesut dapat ditemukan di muara sungai, jalur sungai dan danau seperti Sungai Mahakam, Sungai Sesayap, Muara Berau dan Danau Jempan di Kalimantan Timur. Pesut Mahakam memiliki keunikan tersendiri karena hanya hidup di air tawar. Menurut Danielle Krebs dari Yayasan RASI, hasil survey yang dilakukan yayasan tersebut menunjukkan terdapat 50-70 pesut Mahakam sehingga spesies ini bisa diklasifikasin sebagai kritis. “Secara khusus untuk pesut Mahakam, ada beberapa strategi pelestarian yang bisa dilakukan yaitu: penetapan kawasan pelestarian, pelaksanaan aktivitas perikanan yang lestari, pelestarian ekosistem muara serta peningkatan perekonomian yang diimbangi dengan kesadaran masyarakat,” jelas Kreb.
Pesut baru-baru ini ditemukan di perairan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat oleh WWF-Indonesia dan Badan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL). Temuan ini membuktikan besarnya daerah persebaran pesut di Kalimantan sehingga strategi pelestarian yang dilakukan harus bersifat terpadu baik di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
Keselarasan antara upaya pelestarian dan pembangungan daerah menjadi hasil yang diharapkan oleh WWF-Indonesia, seperti diungkapkan oleh Tri Agung R, Koordinator Nasional Program Air Tawar. “Lokakarya ini diadakan untuk memperkuat komitmen Pemerintah baik pusat dan daerah untuk pelestarian Pesut dan habitatnya. Untuk kepentingan pembangunan daerah, lokakarya ini juga membahas pengembangan ekowisata Pesut. Untuk kelestarian habitatnya, pendekatan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yg berkelanjutan juga menjadi fokus pembahasan”.
Lokakarya dua hari ini akan diakhiri dengan penyusunan komitmen bersama dari Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Kalimantan Barat dalam upaya pelestarian pesut Kalimantan. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan adalah perlunya dibentuk forum kepedulian pesut, penelitian mendalam mengenai habitat, tingkah laku serta populasi pesut di Kalimantan, dan pengembangan ekowisata yang dapat menjadi insentif bagi masyarakat setempat.
Catatan untuk Editor
- Tekanan terbesar pada populasi pesut Kalimantan datang perusakan habitat seperti pembangunan bendungan, pertambangan, perusakan hutan dan kawasan mangrove untuk kepentingan industri serta aktivitas transportasi air yang tinggi. Masyarakat lokal pada umumnya memiliki kecintaan terhadap spesies ini, sehingga kasus perburuan liar spesies ini sangat jarang ditemui.
- Sejak 2009, WWF-Indonesia dan mitranya telah melakukan kajian populasi dan habitat pesut di Kalimantan yaitu di Sungai Sesayap, Kalimantan Timur pada 2009-2010 dan perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat pada 2011. Hasil survey dan kajian yang dilakukan akan digunakan untuk penentuan kebijakan pelestarian spesies langka ini.
- Lembar fakta mengenai spesies pesut Orcaella brevirostris, deskripsi ekologi, morfologi, habitat dan ancamannya dapat diakses di http://www.mediafire.com/?6esq9ou44167e30
- Laporan lengkap survei pesut Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat dapat diakses di http://www.mediafire.com/?c7nklgr3bxwqd0j
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
- Tri Agung Rooswiadji, Freshwater National Coordinator, WWF-Indonesia,trooswiadji@wwf.or.id
- Albertus Tjiu, Conservation Biologist, WWF-Indonesia, albertus_1972@yahoo.com
- Annisa Ruzuar, Communications Officer for Forest, Freshwater and Terrestrial Species, WWF-Indonesia, asruzuar@wwf.or.id