AJAK GENERASI MILENIAL IKUT PEDULI HARIMAU SUMATERA
Oleh: Sela Ola Olangi Barus
Usaha perlindungan satwa dilindungi seperti Harimau Sumatera perlu dukungan semua kalangan, termasuk generasi muda. Pembahasan mengenai integrasi antar berbagai pihak untuk menyelamatkan Harimau Sumatera dilakukan dalam bentuk Dialog Publik bertajuk “Integrated Protection for Sumatran Tiger Conservation” pada Rabu (2/8) bertempat di @america, Pacific Place, Jakarta. Dialog publik ini terbuka untuk umum dan secara khusus mengundang para mahasiswa untuk hadir di acara ini. Tujuannya untuk menggugah kesadaran dan mengajak partisipasi aktif para peserta, terlebih generasi muda dalam usaha konservasi Harimau Sumatera.
Harapan tersebut disampaikan oleh Ibu Indra Exploitasia, Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan (Ditjen Gakkum LHK) dalam sambutannya. Beliau mengharapkan peran aktif generasi muda untuk menyebarkan informasi mengenai khasiat bagian tubuh harimau adalah mitos belaka. Selain itu, beliau mengajak untuk melaporkan kepada pihak berwenang ketika mengetahui adanya perdagangan ilegal satwa liar, serta mencintai satwa liar di habitatnya. Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia, menambahkan peran masyarakat dalam hal menanggulangi perdagangan satwa dilindungi dapat dilakukan dengan mengurangi permintaan akan produk-produk olahan harimau.
Berbagai narasumber yang kompeten dihadirkan dalam Dialog Publik ini, seperti Tisna Nando (Wildlife Conservation Society-Indonesia), Krismanko Padang (Forum Harimau Kita), serta Sunarto (WWF-Indonesia). Dialog yang dipandu oleh Bayu Dwi Mardana, mantan Managing Editor National Geographic Indonesia, berlangsung dengan diawali penyampaian data dan fakta terkait Harimau Sumatera, lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Upaya Penyelamatan Harimau Sumatera
WCS-Indonesia berkonsentrasi dalam penanggulangan konflik manusia dan satwa liar, salah satunya adalah Harimau Sumatera. Tisna Nando menuturkan bahwa sebagian besar ofsetan berasal dari konflik manusia dengan harimau. Harimau yang dianggap merugikan masyarakat setempat, ditangkap dengan alat jerat dan hasil tangkapannya dijual. Upaya WCS-Indonesia dalam menanggulangi konflik manusia dengan harimau yaitu membentuk tim Wildlife Response Unit dan membuat pagar anti serangan harimau untuk dipasang masyarakat sekitar kawasan konservasi.
Berbeda dengan WCS-Indonesia, Krismanko Padang yang juga merupakan bagian dari Gakkum LHK, menuturkan beberapa fakta terkait kasus perdagangan Harimau Sumatera. Beliau memaparkan pelaku-pelaku perdagangan satwa dilindungi banyak dari pejabat negara. Menurutnya, harga satwa dilindungi di pasar gelap yang berharga tinggi, menyebabkan praktik ilegal ini terjadi terus menerus. Selain itu, hukuman bagi pelaku yang relatif ringan, semakin menambah maraknya perdagangan satwa dilindungi. Upaya perlindungan yang dilakukan KLHK salah satunya dengan membuat aplikasi GAKKUM untuk melaporkan segala bentuk perdagangan satwa dilindungi melalui smartphone.
Pemaparan yang terakhir disampaikan oleh Sunarto, ahli ekologi di WWF-Indonesia. Sunarto mengatakan kondisi harimau di dunia yang saat itu (2010, tahun 2016 jumlah populasi berjumlah 3890) hanya berjumlah kurang lebih 3.200, tidak aman bagi kelestarian harimau karena akan punah dengan sendirinya tanpa adanya perburuan dan perdagangan ilegal.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya penyelamatan harimau yaitu dengan menggandakan jumlah populasinya melalui program bertajuk “TX2”. Targetnya adalah melipat gandakan jumlah harimau di dunia pada tahun 2022. Tahun tersebut dipilih karena bertepatan dengan tahun harimau dalam Kalender Cina. Terkait upaya konservasi, Sunarto menyampaikan jika jumlah pakan Harimau Sumatera diperbanyak, daya jelajahnya pun dapat diperkecil. Tidak hanya itu, Harimau Sumatera perlu hutan dengan agar dapat melakukan pemangsaan. Dengan begitu, konflik manusia dengan harimau dapat ditekan.
Dalam melindungi keberadaan Harimau Sumatera, diperlukan upaya yang terintegrasi. “Kami memiliki program IMBAU yang merupakan program terintegrasi dan kemitraan dengan beberapa lembaga. Salah satu (kegiatan)nya adalah memonitoring kegiatan harimau dan keanekaragaman hayati dengan camera trap.” tutur Sunarto. Ia pun menambahkan bukan hanya penegak hukum saja yang berperan untuk melindungi Harimau Sumatera, setiap orang bisa turut berkontribusi.
Di akhir pemaparannya, Sunarto mengatakan menghentikan perburuan Harimau Sumatera tidak hanya dilakukan di hutan, namun juga bisa dilakukan dari kota. Sebagai generasi muda, cara paling mudah adalah dengan menyuarakan di berbagai media sosial jika menemukan praktik perdagangan satwa dilindungi. Jika terjadi suatu pelanggaran terhadap satwa dilindungi, sebarkan melalui media sosial. Semakin banyak generasi milenial yang menyuarakan untuk menjaga kelestarian Harimau Sumatera, semakin banyak pula masyarakat Indonesia bahkan dunia yang semakin sadar pentingnya konservasi kucing loreng tersebut bagi ekosistem alam.