KOLABORASI DALAM SURVEI GAJAH KALIMANTAN
Pada akhir Januari 2019 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di wilayah perbatasan Kalimantan Utara telah membantu kegiatan Survei Gajah Borneo yang dilakukan oleh WWF Indonesia, survei dilakukan selama satu minggu. Anggota TNI tersebut berasal dari Komando Rayon Militer (Koramil) Wilayah Sebuku, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, sebanyak 2 orang dari Bintara Pembina Desa (Babinsa) bernama Tri Sugeng dan Abdul Halik telah membantu survei Gajah Borneo. Turut terlibat pula dalam survei ini anngota dari Pemerintah Kecamatan Tulin Onsoi, Gabungan Pecinta Alam (Gappeta) Borneo, Perkumpulan Lintas Hiju (PLH), Satgas Konflik Gajah dan masyarakat setempat.
Keterlibatan TNI dalam survei gajah merupakan hasil koordinasi yang baik yang sudah lama dibangun oleh WWF Indonesia. Ketika permohonan dukungan untuk survei gajah diajukan mereka menyambut baik dan siap berkolaborasi dengan melibatkan anggotanya. Pelibatan anggota TNI dalam survei gajah tentunya sebagai salah satu bentuk kepedulian para pihak di dalam upaya pelestarian gajah dan habitatnya.
Survei Gajah Borneo ini merupakan lanjutan dari survei-survei sebelumnya, mulai dikerjakan sejak Februari 2018 dimana survei sebelumnya juga telah melibatkan para pihak diantaranya dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nunukan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dan Mapala 613 Poltek Nunukan. Survei ditargetkan berjalan sekitar 2 tahun dari 2018 – 2019 dengan menggunakan metode okupansi, total area survei sekitar 100.000 Ha, sejauh ini survei yang sudah dikerjakan hingga Februari 2019 telah berjalan sekitar 70%.
Survei Gajah Borneo sendiri merupakan salah satu program yang tertuang di dalam Strategi Rencana Aksi Konservasi Gajah Borneo (SRAK-GK) 2018-2028 dimana diperlukan pembaruan data terkait populasi dan habitat gajah di Kalimantan Utara sampai 2019 ini. Data sebelumnya berdasarkan data survei terakhir tahun 2012, populasi gajah di Kalimantan berkisar 30-80 individu, habitat utamnya di Kecamatan Tulin Onsoi yang berbatasan langsung dengan wilayah Sabah, Malaysia. Populasi Gajah di Sabah sendiri populasinya jauh lebih besar diperkirakan mencapai 1.500-2.000 individu. Kegiatan survei ini juga didukung oleh Toyota Motor Corporation Bersama WWF Jepang melalui program Living Asian Forest Project Bersama, yang bertujuan untuk mendorong praktek pengelolaan hutan yang bertanggung jawab agar sumber daya alam seperti kayu dapat menjadi komoditas yang keberlanjutan
Survei gajah tahap ke 5 ini dibagi menjadi 3 tim survei, masing-masing tim melakukan survei di Hulu Sungai Sibuda, Bagian tengah Sungai Sibuda dan hulu Sungai Apan, wilayah tersebut berbatasan langsung dengan wilayah Sabah, Malaysia. Untuk mencapai lokasi tersebut harus bersusah payah, medan yang dilalui cukup berat, tim harus melintasi sungai dengan giram yang besar dan tebing-tebing yang cukup tinggi. Di daerah ketinggian tersebut yang mencapai lebih dari 100 m diatas permukaan laut terdapat lembah-lembah dan sungai yang biasa digunakan gajah untuk bergerak dan mencari makan dan juga terdapat koridor yang diduga kuat sebagai lintasan gajah menuju Sabah, Malaysia ke Nunukan, Kalimantan Utara atau sebaliknya.
Abdul Halik dan Tri Sugeng dari Koramil sangat senang bisa membatu kegiatan survei Gajah Borneo, selain dapat memantau habitat gajah kegiatan ini juga dapat memantau keamanan kawasan hutan di Kecamatan Tulin Onsoi dalam pencegahan illegal logging, dulu illegal logging pernah terjadi pada tahun 2000 an, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Kami siap untuk membantu survei gajah selanjutnya dan jangan segan untuk meminta bantuan kami, ucap Tri Sugeng saat dimintai pendapatnya setelah survei. Dia menambahkan anggota TNI dalam hal ini sangat dekat dengan masyarakat dan pihak lainnya, harapannya dengan kegiatan survei ini pemahaman kita bertambah tentang Gajah Borneo kemudian dapat memberikan edukasi kepada masyarakat untuk pelestariannya. Mereka merupakan aset daerah, masuk dalam kategori jenis binatang langka dan dilindungi oleh undang-undang, jadi mari kita bersama-sama untuk melestarikannya.
Survei selama satu minggu ini terdapat beberapa temuan penting diantaranya temuan tanda-tanda keberadaan gajah seperti jejak, kotoran dan bekas gesekan gajah pada batang pohon. Selain itu ditemukan daerah sumber garam (sopon) di hulu Sungai Sibuda, sekitar 1 km di perbatasan Sabah masuk dalam koridor atau lintasan gajah. Garam sangat disukai berbagai jenis mamalia terutama gajah, sumber garam sangat dibutuhkan untuk keperluan mineral yang dibutuhkan oleh gajah dalam berkembang biak.
Dari survei gajah hingga Februari 2019 ini, mulai terpetakan sebaran habitat gajah di wilayah Kalimantan, daerah-daerah yang belum dilakukan survei masih berpotensi terdapat keberadaan gajah dan ini akan dilakukan pada survei selanjutnya. Untuk jumlah populasi secara keseluruhan tentunya menunggu data survei hingga selesai. Setelah survei ini selesai, data survei ini akan sangat bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan untuk implementasi konservasi gajah di Kalimantan, baik dari aspek tata ruang, pengelolaan populasi, pengelolaan habitat dan dukungan kebijakan dari pemerintah.