KENALI BADAK SUMATERA LEBIH JAUH!
Oleh: Nur Arinta
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) adalah jenis mamalia besar yang paling terancam punah. Hal tersebut disebabkan perburuan ilegal yang menyebabkan jumlah populasinya menurun hingga lebih dari 80 persen selama 20 tahun terakhir. Penurunan populasi yang sangat signifikan ini membuat Badak Sumatera kini diperkirakan hanya ada di Indonesia.
Hal yang belum banyak diketahui tentang Badak Sumatera adalah fakta bahwa badak ini tidak hanya berada di Sumatera, tapi juga ada di beberapa daerah lain, di antaranya adalah Kalimantan dan Semenanjung Malaya. Mengapa bisa demikian? Simak artikel ini untuk kenal lebih jauh tentang Badak Sumatera.
Badak Sumatera merupakan salah satu dari lima jenis badak yang ada di dunia. Berdasarkan hasil penelitian Foose dan van Strien yang dipublikasikan pada tahun 1997, populasi Badak Sumatera pernah ditemukan di kaki bukit Himalaya di Bhutan, Nepal, Bangladesh, kemudian di kawasan di Tiongkok bagian Selatan (Yunnan), Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimantan (Borneo).
Secara taksonomi, Badak Sumatera terbagi menjadi tiga subspecies yakni Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis yang hidup di Sumatera dan Semenanjung Malaya, Dicerorhinus sumatrensis harrissoni yang hidup di Borneo, dan Dicerorhinus sumatrensis lasiotis yang tersebar di Nepal, Bangladesh, Myanmar, dan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian Nowak tahun 1999, D.s. lasiotis telah dinyatakan punah di ketiga negara yang menjadi tempat habitatnya ini. Tapi masih ada kemungkinan terdapat populasi yang tersisa di Myanmar bagian utara.
Berdasarkan organisasi konservasi internasional IUCN (International Union Conservation Network), status Badak Sumatera adalah Kritis (Critically Endangered). Ini disebabkan karena adanya penurunan populasi sangat signifikan selama tiga generasi (rentang waktu diperkirakan 20 tahun). Data WWF Internasional menunjukan, kini populasi satwa yang berkerabat dekat dengan badak purba ini diperkirakan kurang dari 100 individu dewasa dan berpotensi terancam menurun hingga 25 persen dalam 10 tahun ke depan.
Penurunan signifikan terhadap populasi Badak Sumatera diakibatkan oleh beberapa ancaman utama. Ancaman pertama adalah perburuan badak yang telah terjadi sejak lama hingga sekarang, guna memenuhi permintaan cula badak atau bagian tubuh lainnya yang dipercaya sebagai obat tradisional mujarab di pasar gelap. Perburuan masif ini membuat populasi Badak Sumatera menjadi sangat sedikit di masing-masing wilayah pada habitatnya. Hal tersebut dapat membuat aktivitas reproduksi menjadi menurun, proses kelahiran badak di habitatnya jarang terjadi, dan ada resiko cukup besar akan inbreeding depression. Selain itu, sedikitnya populasi Badak Sumatera pada suatu wilayah dapat meningkatkan potensi perkawinan sedarah (incest) pada badak yang akhirnya berpengaruh pada menurunnya keragaman genetik dan menyebabkan resiko rendahnya harapan hidup bagi badak tersebut.
Badak Sumatera adalah satwa yang lebih mudah beradaptasi terhadap ketinggian habitat yang beragam, jika dibandingkan dengan Badak Jawa yang hanya dapat hidup di dataran rendah. Walaupun demikian, Badak Sumatera merupakan satwa yang sensitif. Mengacu pada hasil penelitian Nowak, tahun 1999, habitat Badak Sumatera adalah hutan hujan tropis, hutan pegunungan lumut, tepi hutan, dan hutan sekunder.
Badak Sumatera lebih menyukai kondisi hutan lebat yang masih utuh dan cenderung menjauhi hutan yang sudah rusak. Sayangnya, hutan yang menjadi habitat Badak Sumatera di Indonesia terus mengalami penyusutan. Data WWF-Indonesia menunjukan bahwa pada tahun 2016, luas hutan Sumatera hanya tersisa 10,4 juta hektar (24% dari luas pulau Sumatera), sedangkan luas tutupan hutan pulau Kalimantan hanya 40 juta hektar (53,9% dari luas pulau Kalimantan). Hutan yang menjadi habitat badak terus berkurang akibat aktivitas penebangan hutan ilegal (illegal logging), perkebunan sawit, kawasan pertambangan, dan sebagainya.
Keberadaan habitat sangatlah penting untuk menjaga kelestarian Badak Sumatera. Ternyata Anda bisa berkontribusi untuk turut melestarikan spesies terkecil dari keluarga badak ini. Bagaimana caranya? Mulailah menjadi pembeli yang baik. Karena dengan menjadi pembeli yang baik, terutama dalam mengonsumsi produk olahan hutan, Anda turut menjadi penyelamat Badak Sumatera dan habitatnya. Anda bisa mulai dengan memperhatikan produk yang telah bersertifikat ramah lingkungan. Beberapa jenis sertifikat produk tersebut di antaranya adalah RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) untuk produk olahan kelapa sawit, dan Forest Stewardship Council (FSC) untuk produk-produk olahan kayu. Mari kita lestarikan populasi Badak Sumatera yang tersisa dan habitatnya dari hal sederhana! Karena hal positif sekecil apa pun dapat memberikan dampak luar biasa terhadap kelestarian mereka.