MENABUNG DI KOTA, HARIMAU LESTARI DI HABITATNYA!
Oleh: Nur Arinta
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kucing besar nan kharismatik yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau lainnya di dunia yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Dalam IUCN Red List, Harimau Sumatera berada pada posisi Critically Endangered-CR (kritis), satu langkah sebelum punah. Jumlah Harimau Sumatera di alam liar kini hanya tinggal 371 individu (berdasarkan data IUCN).
Harimau Sumatera memiliki peran sebagai predator puncak dalam rantai makanan, sehingga keberadaannya dibutuhkan untuk mengendalikan populasi mangsanya. Jika Harimau Sumatera punah, maka populasi satwa yang menjadi mangsa bagi Harimau Sumatera akan tak terkendali, dan ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Meskipun perannya sangat penting bagi alam, kondisi Harimau Sumatera kini sangat memprihatinkan. Kucing besar ini menghadapi dua ancaman untuk bertahan hidup, di antaranya adalah tingginya laju deforestasi yang membuat mereka kehilangan hutan sebagai habitatnya, dan juga ancaman dari perburuan akibat perdagangan ilegal yang memperjualbelikan bagian-bagian tubuhnya di pasar gelap.
Laporan tahun 2008 yang dikeluarkan oleh TRAFFIC – Program kerjasama WWF dengan lembaga konservasi dunia, IUCN, untuk melakukan pengawasan terhadap perdagangan satwa liar – menemukan adanya pasar illegal yang tumbuh subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatera yang memperdagangkan bagian-bagian tubuh Harimau Sumatera. Tidak hanya pasar domestik, perdagangan bagian tubuh Harimau Sumatera telah mencapai pasar internasional dengan kisaran harga yang menjulang tinggi. Dalam studi tersebut, TRAFFIC mengungkap bahwa setiap tahunnya antara tahun 1998 hingga 2002, sedikitnya 50 individu Harimau Sumatera dibunuh setiap tahunnya untuk diperdagangkan bagian tubuhnya.
Selain perdagangan, alih fungsi hutan yang menjadi habitat juga menjadi ancaman serius bagi kelestarian Harimau Sumatera. Harimau Sumatera yang memiliki wilayah teritorial seluas 20 km2, dan daya jelajah seluas 60-100 km2. Jika hutan mengalami alih fungsi, baik dijadikan perkebunan monokultur atau pemukiman masyarakat, maka ini akan berimbas pada kehidupan Harimau Sumatera. Habitat Harimau Sumatera akan menyempit dan menimbulkan potensi konflik harimau manusia menjadi meningkat. TRAFFIC mengatakan bahwa selama tahun 1998 hingga 2002, sedikitnya terdapat 35 individu Harimau Sumatera yang mati akibat konflik dengan manusia. Hal ini membuat persepsi tentang Harimau Sumatera yang dulu dianggap sebagai satwa yang sakral oleh masyarakat yang hidup di sekitar hutan, kini berubah menjadi satwa yang mengganggu, mengancam, dan menjadi hama, sehingga harus ditangkap, dikurung, hingga dibunuh.
Persepsi baru tentang Harimau Sumatera yang muncul tersebut menambah daftar ancaman bagi kelestarian Harimau Sumatera. Oleh karena itu, WWF-Indonesia melakukan kampanye publik dengan tujuan mengajak masyarakat peduli dengan nasib Harimau Sumatera yang kian memprihatinkan. Di kawasan tempat habitat Harimau Sumatera berada, WWF-Indonesia melalui program IMBAU, mendukung pengelolaan dan pelestarian bentang alam Rimbang Baling yang merupakan kawasan penting bagi konservasi Harimau Sumatera.
Tidak hanya di kawasan hutan, WWF-Indonesia juga melakukan kampanye pelestarian Harimau Sumatera kepada masyarakat yang hidup di perkotaan. Salah satu kampanye yang dilakukan adalah mengajak masyarakat turut serta dalam upaya pelestarian Harimau Sumatera. Mulai dari melakukan gaya hidup ramah lingkungan, menjadi konsumen yang bijak, hingga menyisihkan uang dan didedikasikan untuk konservasi Harimau Sumatera dan habitatnya.
28 Juli 2017 lalu, WWF-Indonesia bekerjasama dengan Central Park Mall dan Neo Soho Mall dalam kampanye dan mengumpulkan donasi untuk pelestarian kucing besar berloreng ini. WWF-Indonesia membuat beberapa celengan raksasa berbentuk Harimau Sumatera yang diletakan di beberapa titik di Central Park Mall dan Neo Soho Mall.
Melalui celengan raksasa ini, WWF-Indonesia mengajak masyarakat yang tinggal di perkotaan untuk ikut menabung dan turut berpartisipasi dalam pelestarian Harimau Sumatera. Pada akhir tahun 2017 nanti, hasil tabungan para pengunjung akan dihitung. Seluruh hasil tabungan yang ada di celengan tersebut akan didedikasikan untuk upaya pelestarian Harimau Sumatera dan habitatnya. Menabung di kota, Harimau lestari di habitatnya!