IWAN “PODOL”, ABAH BADAK INDONESIA DARI UJUNG BARAT PULAU JAWA
Oleh: Sela Ola Olangi Barus
Dalam menjaga kelestarian satwa dilindungi, peran penjaga hutan atau biasa disebut ranger sangatlah penting. Bagaimana tidak, hampir setiap hari para ranger melakukan patroli keliling hutan untuk memastikan keadaan satwa serta habitatnya tetap terjaga dan tidak ada aktivitas yang mengganggu. Tidak jarang dalam patrolinya, para ranger menemukan berbagai kesulitan, mulai dari keadaan cuaca yang tidak bersahabat hingga tidak sengaja diserang hewan di hutan. Tugas yang cukup ekstrim ini memang membutuhkan kemampuan fisik, serta pengetahuan khusus, sehingga tidak banyak orang mau menjadi ranger.
Namun, tidak dengan Iwan “Podol” yang telah mendedikasikan dirinya untuk menjaga kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sejak tahun 1900-an. Berawal dari kondektur bus yang menyambi sebagai relawan di TNUK, kini Ridwan Setiawan, nama asli Kang Iwan “Podol”, malah mendapat julukan Abah Badak Indonesia. Julukannya tersebut didapatkan karena pengalaman serta keinginannya belajar seluk beluk hewan bercula satu tersebut. Kang Iwan ini malah sudah “meluluskan” beberapa doktor lulusan luar negeri untuk riset tentang Badak Jawa.
Mengenai julukan “Podol” pada namanya, Ia mengaku awalnya tidak senang dengan nama tersebut. Sebagai orang asli Banten, podol berarti kotoran makhluk hidup. Julukan tersebut diberikan oleh Tri Wibowo, Kepala Balai TNUK pada tahun 2000-an. Ketika itu ia tergabung dalam Rhino Monitoring and Protection Unit, bagian dari Program Konservasi Badak Indonesia dari TNUK dan kerap kali menemukan jejak badak dan meneliti kotoran badak. Sejak saat itulah orang lebih mengenalnya dengan sebutan Iwan “Podol” dibanding dengan nama aslinya.
Pengalamannya menjadi ranger badak di TNUK memang tidak diragukan lagi. Ketika menjadi relawan WWF-Indonesia dan pemandu Badak Jawa di TNUK, membuatnya menjadi hafal betul kawasan TNUK. Sehingga, pada tahun 2006 WWF-Indonesia menunjuk Kang Iwan “Podol” sebagai Koordinator Lapangan Camera Trap WWF-Indonesia. Pada saat itu Ia bertugas untuk menghitung jumlah Badak Jawa di Ujung Kulon dan beruntung beliau berjumpa dengan hewan soliter tersebut. Tidak hanya itu, ia bahkan membentuk tim yang khusus meneliti kotoran badak untuk diteliti DNA-nya. Maka tidak heran, jika ia kerap kali bertemu dengan hewan bernama latin Rhinoceros sondaicus.
Tidak hanya di TNKU, Iwan “Podol” juga pernah memiliki pengalaman di hutan Sumatera dan Kalimantan untuk meneliti saudara Badak Jawa, yaitu Badak Sumatera. Dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang Kang Iwan “Podol” harus meninggalkan istri dan kedua anaknya selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Namun hal tersebut diakui Kang Iwan bukan menjadi penghambat, karena keluarga kecilnya pun mendukung dan bangga dengan pekerjaannya.
Kegigihannya dalam konservasi badak bercula satu ini membuatnya kini ditunjuk oleh WWF-Indonesia sebagai Species Coordinator WWF Ujung Kulon Project dan dinobatkan sebagai Ahli Badak. Bahkan saat ini Kang Iwan membantu pelestarian badak di Kalimantan. Banyak pihak yang sangat menghormati beliau, bahkan komunitas pencinta lingkungan di Aceh membuat kaus bergambar dengan wajah Iwan “Podol” dengan tulisan “Abah Badak Indonesia”.