INVESTASI “PRAKTIK TERBAIK" PELAKU KEPARIWISATAAN BAHARI
Oleh Indarwati Aminuddin – Marine Tourism Coordinator, WWF-Indonesia
Sebagai seseorang yang bekerja di bidang konservasi, pertanyaan yang sering diterima oleh penulis adalah, “Apa hubungan langsung praktik terbaik di bidang pariwisata bahari dengan investasi bisnis kepariwisataan?”
Pariwisata berkembang cepat, investasi modal dan ketepatan menggunakan modal merupakan aspek penting, sementara praktik terbaik memerlukan komitmen, kesabaran, ketaatan dan waktu cukup panjang. Jadi mengapa investasi ini diperlukan? Bagaimana praktik terbaik berkorelasi langsung dengan keseimbangan alam?
Sejumlah pengusaha pariwisata bahari berargumen bahwa praktik terbaik dalam bisnis kepariwisataan menuntut kesadaran banyak pihak. ”Dalam mata rantai kepariwisataan, banyak pihak ini berarti tour operator, retailer, konsumen dan sebagainya. Jadi komitmen untuk berubah tak bisa dilakukan semata oleh pelaku kepariwisataan,” Ujar Aliya Muafa, dari trip organizer trip hemat.com. “Juga tak ada pilihan, yang kami lakukan sangat tergantung keinginan konsumer,” tambah Muhamad Adly, dari trip operator Raja Wisata.
Saat duduk bersama dalam pembahasan draft eksternal panduan praktik terbaik berbasis lingkungan dan kesejahteraan (Best Environmental Equitable Practices/BEEP),di Mercure Hotel pada pertengahan April lalu, terlihat jelas bahwa investasi gerakan ‘praktik terbaik’ bukanlah investasi rumit.
Persyaratan utama adalah komitmen. “Komitmen membantu pelaku bisnis memiliki prinsip dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Bisnis kita pada dasarnya adalah menjual jasa lingkungan hidup, jadi bila interaksi pelaku bisnis kepariwisataan dengan alam tak terkendali, ke depan kita tak bisa menjual jasa alam apapun ke konsumen. Mereka pasti memilih wilayah lain yang lebih indah dan tidak mengalami kerusakan,” jelas Suryani Mile, Koordinator Jaringan Kapal Rekreasi Indonesia (Jangkar). “Dan.pikirkan tentang mimpi konsumer, mereka ingin melihat alam yang indah, tertata, bersih dan tak rusak.”
Praktik terbaik berbasis lingkungan dan kesejahteraan, merupakan panduan yang diinisasi WWF Indonesia. Panduan dibuat untuk memperkuat posisi pelaku bisnis pariwisata bahari Indonesia. Disusun bersama dengan akademisi dan praktisi agar pengembangan pariwisara bahari memiliki landasan ilmiah yang bisa dijadikan pegangan oleh pelaku bisnis dan berjalan pada arah berkelanjutan.
Draft panduan ini terbagi dalam lima bagian yang menjelaskan prinsip prinsip keberlanjutan dalam bisnis pariwisata. Secara keseluruhan, panduan terkait dengan (1) bagaimana mengurangi dampak negatif konsumen dan pelaku bisnis pariwisata dalam aspek pengelolaan sampah, energi, air, konsumsi sehingga tiap kegiatan memiliki nilai plus, (2) bagaimana berinteraksi dengan species laut yang meliputi paus, dugong, penyu, hiu, manta dan burung laut dan terakhir (3) bagaimana berinteraksi dengan komunitas setempat dan mematuhi peraturan berlaku. Keseluruhan panduan memiliki capaian khusus yaitu, mengurangi jejak emisi karbon, memperkuat posisi komunitas dan memperbaiki mata rantai bisnis kepariwisataan.
“Ini tak terlalu rumit bila kita semua memiliki tujuan yang sama. Rekan rekan tour operator bisa mengedukasi konsumennya mulai dari meletakkan panduan ini ke website, lalu menginformasikan konsumernya sebelum turun ke lokasi wisata,” jelas Aliya. Panduan yang masih dalam bentuk draft ini akan difinalkan dalam waktu dekat untuk selanjutnya disosialisasikan kepada pelaku bisnis pariwisata bahari.
Bagi wisatawan, dapat pula mempelajari bagaimana cara beraktivitas di laut yang ramah lingkungan di sini.