DEGRADASI HULU SUNGAI PENYEBAB BANJIR
Putussibau, Kompas - Degradasi lingkungan di hulu Sungai  Kapuas menjadi salah satu penyebab banjir yang merendam sejumlah  wilayah Putussibau, ibu kota Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Banjir di  Putussibau terjadi hampir setiap tahun sejak 2007.
Tenaga staf  World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Kantor Putussibau, Yudiati  Puspitasari Vivin, yang dihubungi dari Pontianak, Selasa (24/8),  mengatakan, sebagian kawasan hutan di hulu Sungai Kapuas rusak akibat  aktivitas berladang.
Banjir akibat luapan Sungai Kapuas mulai  surut. Namun, Jalan Ahmad Dogom dan perumahan Pemerintah Kabupaten  Kapuas Hulu di sekitar jalan itu masih terendam. Selasa sore, genangan  di kompleks perumahan masih setinggi dada.
Banjir di Putussibau  juga disebabkan oleh faktor geografis. Hulu Sungai Kapuas merupakan  perbukitan, sedangkan Kota Putussibau berupa dataran rendah.
Kepala  Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Jantau  mengatakan, hari Selasa aktivitas perkantoran mulai normal.
Banjir  kiriman dari hulu Sungai Kapuas mudah terjadi di Putussibau,  lebih-lebih jika hujan turun agak lama. Penyebabnya, anak Sungai Kapuas,  yakni Sungai Mendalam dan Sungai Sibau, bermuara di Putussibau.
Sawah  lebak
Meski telah masuk akhir bulan Agustus, genangan  air di sawah lebak di Provinsi Kalimantan Selatan masih cukup tinggi.  Akibatnya, banyak petani belum bisa menanam padi.
Waktu tanam yang  singkat berisiko gagal panen karena tanaman padi akan terendam pada  musim hujan berikutnya. Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan  Geofisika memprediksi musim hujan 2010 akan datang pada bulan Oktober.
Kepala  Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel Sriyono, Selasa,  mengatakan, lahan yang ditanami baru 30 persen dari total 90.000 hektar  sawah lebak yang biasa ditanami di Kalsel.
”Hampir semua lebak  sudah ditanami, namun persentase penanamannya kecil. Tahun ini hampir  tidak ada musim kemarau, lahan yang tergenang sulit ditanami,” ujarnya.
Di  Kabupaten Hulu Sungai Utara, dari 29.000 hektar lahan, yang bisa  ditanami 10.000 hektar. Begitu pula di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,  ada 6.000-an hektar lahan yang belum ditanami dari sekitar 8.000 hektar.
Umur  padi yang sudah ditanam bervariasi antara satu minggu hingga menjelang  panen. Sawah yang kini menjelang panen umumnya ditanami pada bulan  April-Mei lalu.
Menurut Sriyono, padi yang sudah dewasa umumnya  tidak terlalu terpengaruh kondisi air. ”Hanya padi muda yang  terpengaruh. Batangnya membusuk jika terendam air,” katanya.
Sriyono  menyatakan, kondisi cuaca tahun ini sulit ditebak. Padahal, pada  periode musim tanam bulan Oktober sampai Maret yang diteruskan April-Mei  lalu terjadi penambahan luas tanam 70.000 hektar.
”Kami belum  tahu berapa produksi beras tahun ini. Daerah yang sudah panen pada  Januari-April 2010 produksinya mencapai 380.000 ton. Tahun lalu,  produksi gabah kering giling Kalsel 1,956 juta ton, naik sedikit  dibandingkan tahun sebelumnya yang 1,954 juta ton,” ujarnya.
Terendam  air
Ditemui secara terpisah, Kepala Bagian Kedaruratan  Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalsel Akhmad Arifin mengatakan,  sejauh ini belum ada daerah di Kalsel yang terendam air. Rendaman  terakhir terjadi minggu ketiga Juli lalu, yakni di Kabupaten Tanah  Bumbu, Tanah Laut, dan Kota Baru.
Lahan pertanian di Kalsel pernah  dilanda banjir pada Maret-April lalu. Berdasarkan data Badan  Penanggulangan Bencana Daerah Kalsel, luas persawahan yang tergenang  mencapai 6.600 hektar. Sriyono mengatakan, pemprov memberikan bantuan 60  ton benih padi untuk tiga kabupaten, yaitu Tapin, Tanah Bumbu, dan  Banjar. (AHA/WER)