CERITA AZHAR DALAM MISINYA MENGHIJAUKAN PESISIR ACEH DENGAN MANGROVE
Oleh: Chik Rini
Mengunjungi Desa Lam Ujung di Aceh Besar, kita tidak akan pernah menyangka kampung di pesisir pantai Kabupaten Aceh Besar itu 11 tahun lalu pernah nyaris rata saat diterjang gelombang tsunami. Bencana dasyat itu menyapu sebagian besar bangunan dan juga pohon-pohon yang tumbuh di kampung. Tak terkecuali rimbunan pohon mangrove yang mengelilingi desa yang terkenal dengan tambak udangnya itu.
Namun kini, desa itu kembali hijau dengan pohon-pohon mangrove yang tingginya bahkan sudah ada yang mencapai 3 meter. Itu tak lepas dari jasa Azhar, seorang warga Lam Ujung. Azhar umurnya sudah lewat 45 tahun. Kulitnya hitam legam karena bertahun-tahun berpanas-panas untuk menanam bibit-bibit mangrove. Azhar dan keluarga selamat dari tsunami. Ketika menjadi pengungsi dan tinggal di barak penampungan sementara di kampungnya, Azhar tak betah.
Dengan inisiatifnya sendiri dia mulai turun ke tambak-tambak yang hancur mencari buah mangrove dari beberapa pohon yang tersisa. Buah mangrove dibawa pulang ke barak dan dia mulai menyemainya. Ketika bibit pertama bertumbuhan Azhar menanam sendiri bibit mengrove itu tanpa bantuan orang lain. “Orang kampung mengatakan saya orang gila karena saat orang nyari uang saya malah mengumpulkan buah bakau,” kenang Azhar.
Bibit Azhar lama-lama semakin banyak di barak. Sampai suatu saat di tahun 2007 sebuah LSM yang sedang mencari bibit mangrove untuk program rehabilitasi pesisir paska tsunami melihat bibit yang ditanam Azhar di barak pengungsi Lam Ujung. Azhar pun mulai diajak dalam program penghijauan. Bibit yang ditanamkan dibeli LSM untuk ditanam tidak hanya di Kabupaten Aceh Besar, tapi juga ke Kabupaten Aceh Jaya, Pidie Jaya hingga Bireuen.
“Saat itu ratusan ribu bibit saya tanam. Karena sudah mulai banyak permintaan, saya mengajak para perempuan di kampung saya untuk membantu sehingga secara ekonomi mereka sangat terbantu,” kata Azhar.
Azhar peduli dengan lingkungan sejak remaja. Dari dulu dia juga sering mengumpulkan bibit mangrove untuk ditanam di sekitar tambak. Para petani tambak senang karena keberadaan pohon manrove meningkatkan produksi tambak.
Salah satu LSM yang telah bermitra dengan Azhar adalah WWF Indonesia untuk rehabilitasi pesisir Aceh paska tsunami. Karena kepeduliannya itu pula, WWF Indonesia merekomendasikan Azhar sebagai pelari yang ikut membawa obor Olimpiade Beijing tahun 2007 bersama tokoh dan artis Indonesia di Jakarta.
Sejak 2013 Azhar kembali menjadi mitra WWF Indonesia untuk program New Baby Mangrove. WWF Indonesia dengan didukung oleh Tuppareware dan BCA telah menanam 40 ribu bibit mangrove di pesisir Aceh Besar.
Melalui kelompok perempuan yang dibinanya, Azhar telah merestorasi lahan kritis di sekitar Aceh Besar. Ada 15 ribu bibit yang ditanam mereka. Azhar juga berkewajiban untuk merawatnya. Selain membina kelompoknya, Azhar juga mendampingi kelompok perempuan lainnya seperti LSM Annisa Centre dan Earth Hour Aceh yang juga terlibat dalam program New Baby Mangrove. Azhar mengajarkan mereka bagaimana teknik menanam dan merawat mangrove yang benar.
“Masyarakat senang dengan program ini. Karena mereka sangat bergantung dengan keberadaan mangrove, karena di akar-akar pohon itu akan tumbuh tiram dan tempat ikan bertelur. Produksi tambak juga menjadi bagus karena ikan dan udang tumbuh dengan baik,” kata Azhar.
Kini, mangrove yang Azhar tanam bertahun-tahun lalu telah tumbuh besar. Desa Lam Ujung kembali hijau. Tambak-tambak kembali produktif. Azhar bangga dengan pohon-pohon itu karena terbukti sangat bermanfaat untuk masyarakat.
Informasi lebih lanjut silahkan melihat video documenter “Ta pula Bangka, Ta Ceugah Bencana”.