BMP BUDIDAYA ABALON
Penulis: Nur Ahyani (Aquaculture Officer, WWF-Indonesia)
Abalon (Haliotis sp.) merupakan komoditas yang relatif baru dikembangkan di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali dan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok, merupakan contoh dua lembaga penelitian yang mengembangkan teknologi pembenihan dan pembesaran untuk Haliotis squamata dan H. asinina.
Budidaya abalon harus sudah mulai dirintis di Indonesia, mengingat permintaan pasar dunia akan abalon dan produksi abalon dari hasil tangkapan alam yang mengalami penurunan. Total produksi abalon dunia pada tahun 2013 mencapai 115.692 ton, dimana 89 % diantaranya berasal dari produk abalon budidaya. Saat ini, Tiongkok mendominasi produk abalon dunia dengan mengoperasikan 300 unit budidaya[i].
Lantas, bagaimana dengan produksi abalon dari hasil budidaya di Indonesia saat ini? Teknologi budidaya di Indonesia masih pada tahap pengembangan dan uji coba. Produksinya pun masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan restoran-restoran lokal. Hal ini disebabkan antara lain oleh minimnya informasi mengenai teknologi budidaya abalon dan pengetahuan tentang pasar abalon di kalangan masyarakat. Padahal, Indonesia berpotensi untuk mengembangkan budidaya abalon. Selain memiliki perairan luas, pakan abalon pun dapat diproduksi sepanjang tahun di Indonesia.
Untuk mendorong kepopuleran budidaya abalon dan mendukung pengembangan budidaya abalon yang bertanggung jawab di Indonesia, pada tahun 2015, WWF-Indonesia menerbitkan “Better Management Practices (BMP) Budidaya Abalon (Haliotis sp.) Sistem Keramba Apung”. Tidak bisa dipungkiri bahwa budidaya merupakan satu-satunya langkah untuk memenuhi permintaan pasar dan mengurangi tekanan terhadap alam akibat penangkapan abalon. BMP ini disusun melalui proses pengumpulan data dari lapangan; diskusi dengan para ahli budidaya abalon di Indonesia, termasuk pemerintah; dan studi literatur hasil-hasil penelitian lainnya.
“BMP Budidaya Abalon” bersifat fleksibel, yang mana akan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan di lapangan dan masukan dari pihak-pihak terkait. BMP ini diharapkan dapat diterapkan secara praktis oleh para pembudidaya, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan usaha budidaya abalon dan pelestarian lingkungan.
_____________________________
[i] Cook, P.A., 2014. The Worldwide Abalone Industry. Modern Economy, 2014, 5, 1181-1186. Published online December 2014 in SciRes.
