BERSAMA GURANO BINTANG KENALKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN KONSERVASI
Oleh: Elisabeth Pekey, Non staf ESD Officer Kantor Wasior
Luar biasa adalah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang kami lihat dan rasakan di Trip Gurano Bintang pada pada 23 februari– 24 maret lalu. Bersama dengan 18 orang relawan Gurano Bintang (guru, pengawas sekolah, ketua YPK Nabire, staf BAPPEDA dan Badan Lingkungan Hidup di Kab Teluk Wondama dan Nabire) kami berkeliling di hamparan laut lepas untuk memberikan pendidikan lingkungan dan konservasi pada anak-anak yang tersebar di area Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua dan Papua Barat.
Menggunakan kapal milik WWF-Indonesia yang diberi nama Gurano Bintang yang berarti hiu Paus atau whale shark kami mengajak anak-anak merasakan belajar di kapal pendidikan. Cara belajar yang diberikan pun sangat menyenangkan dengan menggunakan berbagai alat peraga yang telah disediakan oleh Tim WWF-Indonesia. Dan menariknya trip kali ini sedikit berbeda, kami kedatangan tamu dewan guru untuk bermain dan belajar bersama.
“Wow, sesuatu yang berbeda dari biasanya”, ucap saya. Bersama relawan dewan guru kami belajar cara mengajar yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan alam sebagai bahan pembelajaran. Aktivitas belajar yang didukung dengan Buku Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Gurano Bintang tersebut telah dirancang sesuai dengan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan lingkungan hidup lokal di Papua.
Terima kasih, guru!
Sebelum terjun ke lapangan kami mendapatkan pelatihan menyusun perangkat belajar tingkat SD terintegrasi pendidikan lingkungan dan konservasi dengan menggunakan kurikulum 2013 dari Widyaswara Lembaga penjaminan Mutu Pendidikan Papua barat (LPMPPB) yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kab. T Wondama, Kab. Nabire serta WWF-Indonesia. Buku panduan ini menjadi dasar pengetahuan bagi 40 relawanguru yang dilatih dan fasilitator Gurano bintang di setiap kampung yang dikunjungi dalam menerapkan ilmu pendidikan lingkungan dan konservasi kepada siswa tingkat SD.
Sekejap saja, dalam kurun waktu satu bulan yang dibagi per tiga hari di setiap distriknya, kami berhasil melakukan pendampingan menggunakan Buku Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi di 23 kampung. Pendampingan yang melibatkan perwakilan guru dan fasilitator tambahan dari setiap kampung ini juga terlaksana dengan sukses. Sehingga, dalam trip Gurano Bintang kali ini dihasilkan 112 guru yang telah terlatih menggunakan buku panduan untuk diajarkan dalam mata pelajaran sehari-hari nantinya.
Dan ternyata, pendampingan yang berjalan riuh dan santai ini telah membangkitkan semangat para guru dalam menjalin kekerabatan sesama dengan membentuk kelompok diskusi. Banyak kreativitas baru yang tercipta dari tangan-tangan guru ini, dimulai dari nyanyian baru tentang lingkungan dari nada lagu anak-anak hingga membuat alat peraga dari barang tidak terpakai.
“Kami merasa bangga dapat berjumpa dan berbagi ilmu praktik mengajar yang kreatif dengan memanfaatkan alam sebagai media pembelajaran bagi siswa. Selain dapat menyelaraskan mata pelajaran ke dalam Silabus kurikulum 2013, kami bersama guru setempat menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode yang telah diajarkan sebelumnya dan mendistribusikan buku Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Gurano Bintang yang telah diperbanyak oleh Pemda Kab. Teluk Wondama ke sekolah-sekolah di sini,” Antonius K, Kepala sekolah SD YPK Wondiboi.
Dengan tekad meningkatkan pendidikan di kampung tempat para guru bertugas, ada kesabaran dari jasanya untuk memberikan perubahan bagi anak-anak di sana.
“Kegiatan seperti ini sangat membangun semangat belajar siswa dan para guru di kampung pun mendapatkan inspirasi baru yang membuat mereka lebih kreatif lagi dalam proses mengajar di sekolah”, ungkap Ibu Asilina, guru SD dari kampung Kaprus Distrik Soug Jaya kab. Teluk Wondama.
Banyak kesan yang terukir saat para guru merasa ingin didengar dan menitihkan keluhan menjadikan pendampingan kali ini memiliki warna tersendiri. Ada perasaan antusias yang tersirat setelah trip Gurano Bintang ini terlaksana, melahirkan keinginan untuk terus menyebarkan semangat belajar agar misi mencerdaskan anak Papua tidak berhenti sampai di sini.