BADAK SUMATERA, BADAK BERAMBUT YANG KIAN LANGKA
Oleh: Sela Ola Olangi Barus
Berpostur tubuh kecil tambun dengan rambut kaku yang cukup lebat di sekujur tubuhnya, serta memiliki dua cula di bagian wajahnya, merupakan ciri khas dari Badak Sumatera (Dicerorhinos sumatrensis). Salah satu spesies badak Asia ini diklaim sebagai badak terkecil di dunia serta paling dekat kekerabatannya dengan badak purba. Keberadaan satwa kebanggaan Indonesia ini tersebar di Pulau Sumatera, yaitu di bentang alam Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), serta di salah satu bentang alam di Pulau Kalimantan.
Meskipun keberadaannya tersebar cukup luas dibanding saudaranya, Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), namun jumlah populasinya lebih terancam punah. Seperti dilansir mongabay.com, WCS-IP memperkirakan jumlah populasi Badak Sumatera hanya kurang dari 70 individu. IUCN juga telah menetapkan status critically endangered (satu langkah menuju kepunahan) bagi hairy rhino ini sejak tahun 1996.
IUCN mencatat ada dua hal yang menjadi ancaman utama kelestarian Badak Sumatera, yakni perburuan liar serta berkurangnya kemampuan bereproduksi. Perburuan terjadi disebabkan masih banyaknya permintaan terhadap cula dan bagian tubuh badak yang dianggap memiliki khasiat dalam pengobatan. Meskipun jumlah perburuannya tidak setinggi harimau ataupun gajah di Sumatera, namun hingga saat ini masih ditemukan praktik ilegal tersebut. Terbukti dengan ditangkapnya seorang pedagang satwa dilindungi pada Juli 2017 lalu di daerah Aceh Selatan. Padahal, dalam memburu seekor Badak Sumatera dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi pemburu dikarenakan sifat badak yang soliter dan sangat pemalu. Namun, harga jual cula yang mampu mencapai 50.000 Euro di pasar gelap membuat hal tersebut dinilai sepadan bagi para pemburu. Selain itu juga, adanya ancaman pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan, pertambangan ataupun pemukiman juga turut berdampak pada kelestarian Badak Sumatera.
Tidak hanya perburuan atau kerusakan habitat, adanya kesulitan berkembang biak bagi Badak Sumatera juga merupakan ancaman yang tidak kalah mengkhawatirkan bagi kelestarian satwa kharismatik ini. Dalam mengatasi hal ini, Yuyun Kurniawan, Koordinator Badak WWF-Indonesia mengatakan perlu adanya intervensi reproduksi untuk membantu badak berkembang biak. Selain itu dikarenakan sifat badak yang soliter (penyendiri), elusif (menghindar), dan sekretif (cukup rahasia), menyebabkan sulit terjadinya perkawinan. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya dari manusia untuk membantu perkembangbiakannya. Salah satu cara yang disarankan yakni adanya reproduksi melalui bayi tabung. Cara ini telah terbukti cukup ampuh untuk menyelamatkan badak karena sebelumnya telah dilakukan hal serupa pada Badak Putih di Afrika.
Melihat upaya penyelamatan Badak Sumatera yang cukup kompleks, tentu dibutuhkan peran dari semua pihak, mulai dari pemerintah, penegak hukum, lembaga konservasi, serta seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah dalam hal konservasi badak telah menyusun serta melaksanakan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak yang berlangsung sejak tahun 2010 hingga 2017. Pihak penegak hukum juga turut berperan dalam menjaga kelestarian Badak Sumatera melalui adanya sikap tegas dalam menindak pelaku kejahatan satwa dilindungi, salah satunya perburuan Badak Sumatera. Lembaga konservasi juga turut berperan dengan melakukan serangkaian kampanye penyadartahuan akan perlindungan terhadap Badak Sumatera.
Tidak hanya pemangku kepentingan yang memiliki otoritas, publik juga dapat berpartisipasi aktif dalam upaya penyelamatan badak. Hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan tidak menjadi konsumen cula badak. Cula badak pasalnya terbuat dari zat keratin yang sama dengan zat pembentuk kuku manusia yang khasiatnya belum pernah terbukti secara ilmiah. Dengan begitu, permintaan akan cula badak juga dapat berkurang dan kegiatan perburuan dapat berkurang, bahkan hilang. Perlu diketahui pula bahwa Badak Sumatera juga terancam karena adanya penyempitan habitat yang terjadi karena alih fungsi lahan. Habitat badak diubah dari hutan menjadi perkebunan sawit, pertambangan, dan menjadi target perambahan. Oleh karena itu, kita bisa juga mendukung upaya pelestarian Badak Sumatera dengan cara menjadi konsumen yang cermat dan bijak dalam memilih produk-produk olahan minyak kelapa sawit dan hasil hutan. Dengan membeli produk bersertifikat, itu artinya Anda turut berpartisipasi terhadap upaya pelestarian mamalia besar kebanggaan Indonesia ini.