UNTUK PERTAMA KALINYA KEBERADAAN PESUT DI PERAIRAN KALBAR TERIDENTIFIKASI
Indikasi Pentingnya Perlindungan Ekosistem Perairan di Pulau Kalimantan
Jakarta – Untuk pertama kalinya, tim survei WWF Indonesia bekerjasama dengan Badan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak berhasil mempelajari dan mendokumentasikan keberadaan populasi pesut atau lumba-lumba air payau Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat. Selain menemukan pesut Orcaella brevirostris atau yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Irrawaddy dolphin, tim survei juga menemukan satu kelompok lumba-lumba putih atau lumba-lumba punggung bungkuk Sousa chinensis di perairan tersebut, sebuah indikasi keragaman hayati ekosistem air tawar/payau yang tinggi di perairan sebelah barat Pulau Kalimantan itu.
“Keberadaan pesut di kawasan perairan tersebut belum pernah diketahui sebelumnya, sehingga studi awal ini merupakan langkah menggembirakan,” kata Albertus Tjiu, ahli konservasi satwa dari WWF-Indonesia yang juga terlibat secara aktif dalam survei tersebut. Menurut Albert, ditemukannya populasi pesut tersebut mengindikasikan pentingnya peningkatan upaya perlindungan habitat satwa air tersebut, baik di hulu maupun hilir sungai, termasuk hutan bakau dan nipah di selat-selat sempit di perairan di Pulau Kalimantan.
Ancaman utama populasi pesut di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara di antaranya adalah konversi hutan mangrove habitat satwa tersebut untuk bahan baku industri arang, degradasi habitat hutan sekitar perairan untuk bahan baku bubur kertas (pulp) komersial, aktivtas lalu lintas air yang tinggi dan dapat menimbulkan stres bagi satwa tersebut, serta tercemarnya air sungai.
“Pelaku usaha yang beroperasi di sekitar perairan itu harus menerapkan praktek pengelolaan usaha yang ramah lingkungan atau best management practices serta memperhatikan sumber-sumber bahan bakunya agar tidak mengancam kelestarian hutan bakau dan perairan tersebut pada umumnya,” kata Albert menambahkan.
Ada dua species pesut di dunia yaitu Orcaella brevirostris dan Orcaella heinsohni (Snubfin dolphin), untuk perairan-perairan di Indonesia umumnya dihuni oleh Populasi Orcaella brevirostris. Diperkirakan populasi tertinggi pesut terdapat di perairan hutan bakau Sundabarn, Bangladesh dan India dengan populasi sekitar 6000 ekor. Adapun populasi lainnya terdapat di Sungai Mekong Kambodia yaitu sekitar +/- 70 ekor, kemudian di Sungai Ayeyawardi di Myanmar dan Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Ketiga lokasi ini dikategorikan memiliki populasi paling kritis (Critically Endangered), sedangkan lainnya dikategorikan sebagai rentan (Vulnerable).
“Perairan Kubu Raya dan Kayong Utara habitat pesut berada di hilir kawasan Heart of Borneo yang berada di wilayah Indonesia. Kelestarian hutan di daerah hulu sungai juga menjadi faktor yang sangat penting demi terpeliharanya ekosistem air tawar di bagian hilir dimana terdapat habitat pesut,“ kataTri Agung Rooswiadji, Koordinator Konservasi Air Tawar WWF-Indonesia. “Ekosistem perairan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Sebagai spesies yang hidup di dua jenis perairan, tawar dan asin, pesut dapat menjadi spesies indikator yang mengindikasikan sehat atau tidaknya ekosistem perairan tersebut.,” lanjutnya.
Berdasarkan studi mengenai populasi dan habitat satwa tersebut diharapkan dapat ditentukan langkah-langkah serta kebijakan yang dibutuhkan untuk perlindungan populasi dan lingkungan di sekitarnya. “Survei di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara ini merupakan survei awal, kami berharap akan ada survey lanjutan di sungai-sungai di bagian hulu seperti Sungai Kapuas, Sejenuh dan Mendawa, “kata Tri Agung.
Kris Handoko Kepala Seksi Konservasi dan Pemanfaatan - BPSPL Pontianak mengatakan bahwa “BPSPL Pontianak sangat mendukung dilakukannya kajian lebih lanjut mengenai spesies pesut ini dan siap bekerjasama dengan berbagai pihak untuk terlaksananya monitoring dan program konservasi mamalia unik ini.”
Sejak 2009 hingga saat ini WWF-Indonesia, BPSPL dan mitra lainnya telah melakukan kajian mengenai populasi dan habitat pesut di Kalimantan yaitu di Sungai Sesayap Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur pada 2009-2010, dan Kubu Raya & Kayong Utara, Kalimantan Barat pada bulan Oktober 2011.
##Selesai##
Catatan untuk editor:
- FOTO pesut atau lumba-lumba air payau Orcaella brevirostris dalam resolusi tinggi dapat diunduh di http://www.mediafire.com/?ond7gaq8ad6bgau dengan mencantumkan copyright Syahirsyah/WWF-Indonesia. Foto tersebut hanya dapat digunakan untuk mengilustrasikan siaran pers diatas.
- VIDEO terkait survei Orcaella brevirostris di perairan Kalimantan Barat dapat diunduh di http://www.youtube.com/watch?v=rrW5tgWgK-w
- INFORMASI mengenai spesies pesut Orcaella brevirostris, deskripsi ekologi, morfologi, habitat dan ancamannya dapat diakses di http://www.mediafire.com/?6esq9ou44167e30
- Laporan lengkap survei pesut Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat dapat diakses di http://www.mediafire.com/?c7nklgr3bxwqd0j
Untuk informasi lebih lanjut,
- Albertus Tjiu, Conservation Biologist, WWF-Indonesia albertus_1972@yahoo.com
- Tri Agung Rooswiadji, Koordinator Konservasi Air Tawar WWF-Indonesia, trooswiadji@wwf.or.id
- Desma Murni, Koordinator Komunikasi Program Forest, Spesies & Air Tawar, WWF-Indonesia, dmurni@wwf.or.id