TEMAN TULUS DONASIKAN GPS COLLAR UNTUK KONSERVASI GAJAH SUMATERA
Oleh: Natalia Trita Agnika
Dalam Diskusi Publik “Konservasi Gajah pada Bentang Alam yang Terus Berubah: Teknik Molekuler untuk Studi Ekologi, Mitigasi Konflik, dan Mengungkap Perdagangan Ilegal Satwa Liar” pada Kamis (11/08) di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta Pusat, musisi Tulus berbagi pengalaman dan kenangannya terhadap gajah Yongki. Meski memiliki lagu dan album berjudul “Gajah”, rupanya sejak kecil sampai karyanya itu dirilis, Tulus belum pernah berinteraksi secara langsung dengan gajah. Akhirnya kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan gajah muncul ketika proses pembuatan musik video lagu “Gajah”. Dengan dibantu tim dari WWF-Indonesia, Tulus melakukan syuting di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada Mei 2014 lalu.
“Hal yang pertama kali membuat saya jatuh cinta adalah ketika mahout (pawang gajah) menyuruh saya berkenalan dulu dengan Yongki. Katanya, gajah akan tahu niat kita baik atau tidak,” kenang Tulus. Akhirnya, tidak sampai 30 menit, Tulus sudah ada di punggung Yongki dan adegan itu menjadi scene penutup dari video klip lagu “Gajah”. Usai syuting, Tulus pulang ke Jakarta dengan kenangan berinteraksi bersama gajah tersimpan rapat di hatinya.
Di hadapan peserta diskusi, Tulus mengungkapkan kemarahan dan kesedihannya ketika mendengar berita kematian Yongki dan gadingnya yang diambil. “Pada malam itu, saya mendapatkan 5 penghargaan di Anugerah Musik Indonesia. Mestinya saya happy, karena karya kita diapresiasi. Tapi yang terjadi, pada malam itu saya marah dan sedih karena di tanggal yang sama saya mendapat penghargaan, justru kabar yang saya terima adalah Yongki, gajah yang membantu kami mengakses tempat-tempat indah yang belum pernah disentuh manusia itu, mati dibunuh dan gadingnya diambil,” ungkap Tulus.
Melihat kenyataan itu, Tulus tidak bisa tinggal diam. Ia membuat sebuah program #JanganBunuhGajah. Salah satu bentuk aktivitasnya adalah dengan menjual produk merchandise edisi khusus bergambar gajah. Keuntungan dari penjualan produk ini, dikumpulkan dan seluruhnya digunakan untuk pengadaan alat kalung pendeteksi keberadaan lokasi (GPS Collar) gajah Sumatera di kawasan konservasi.
“Saat ini, #JanganBunuhGajah sudah berjalan dan akan terus berjalan. Dan mudah-mudahan nanti ke depannya dapat berjalan bukan hanya untuk pengadaan GPS Collar itu, tapi supaya teman-teman yang mendengar karya saya lebih mengapresiasi dan menjaga lingkungan,” harap Tulus sembari memperlihatkan beberapa merchandise #JanganBunuhGajah.
Dalam kesempatan itu, Tulus secara simbolis menyerahkan donasi yang sudah terkumpul dari program #JanganBunuhGajah untuk pengadaan GPS Collar dari Teman Tulus kepada WWF-Indonesia untuk konservasi gajah Sumatera. “Menurut saya, di dunia ini pasti ada banyak orang yang peduli dengan lingkungan hidup. Saya yakin, ada banyak sekali. Saya juga yakin kalau ada orang yang punya kesempatan berinteraksi dengan gajah secara langsung pasti akan jatuh cinta. Tapi mungkin, orang-orang yang ingin terlibat dalam proses pelestarian satwa ini kurang tahu harus kemana,” pungkas Tulus.
Terima kasih kepada Teman Tulus dan Suporter WWF-Indonesia yang selama ini telah mendukung kampanye #JanganBunuhGajah. Keberadaan GPS Collar dalam upaya konservasi gajah akan sangat membantu terutama untuk melacak rute jelajah gajah dan mengantisipasi konflik antara gajah dan manusia.
Anda yang ingin terlibat dalam upaya konservasi Gajah Sumatera masih dapat bergabung melalui program #JanganBunuhGajah. Donasi yang Anda berikan akan digunakan untuk pelatihan pencegahan konflik antara gajah dan manusia, membeli perlengkapan tim patroli, perlengkapan pemeriksaan medis apabila ada gajah yang terluka, serta membiayai operasional sehari-hari anggota tim Patroli.