“SI BELALAI PANJANG” YANG TERANCAM
Oleh: Hijrah Nasir
Populasi gajah Sumatera mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir akibat penyusutan habitat karena alih fungsi lahan, masih tingginya angka perburuan dan perdagangan satwa, dan diperparah dengan adanya konflik manusia-gajah. Beberapa habitat penting gajah, seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas mengalami berbagai tekanan yang mengancam keberadaan gajah sumatera.
Sebagai salah satu areal konservasi gajah sumatera yang cukup penting, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengalami ancaman yang sama. Distribusi gajah sumatera berdasarkan hasil analisis kamera trap dan SMART Database yang dilakukan oleh WWF Indonesia bekerjasama dengan BBTNBBS adalah Resort Lombok, Balik Bukit, Balai Kencana, Biha, Ngambur, Pemerihan, Sukaraja, Way Haru, dan Way Nipah. Namun, tingginya laju deforestasi di dalam kawasan selama beberapa dekade terakhir menjadi ancaman serius bagi keberadaan mereka. Sebagai satwa yang membutuhkan areal jelajah yang sangat luas yang mencapai 20 kilometer persegi per hari, menyempitnya tempat tinggal mereka tentu menjadi ancaman serius yang berimbas pada konflik manusia – gajah yang terjadi di desa-desa yang berbatasan dengan Taman Nasional.
Menurut data dari WWF Indonesia, Selama periode 2016 konflik manusia gajah di TNBBS terjadi sebanyak 49 kali di 4 resort dengan frekuensi tertinggi terjadi di Resort Pemerihan sebanyak 27 kali, disusul Resort Sukaraja sebanyak 14 kali, Resort Way Nipah 5 kali, dan Resort Biha 3 kali. Selama periode antara Januari – Maret 2017, muncul berbagai keluhan dari masyarakat tentang frekuensi konflik yang terjadi antara gajah dan manusia di resort Pemerihan dan Sukaraja.
Ancaman lainnya adalah perburuan dan perdagangan gading gajah. Dalam patroli yang dilakukan oleh WWF, Balai TNBBS, dan WCS, sepanjang Juni 2016 – Juli 2017, ditemukan adanya 9 gajah mati di dalam kawasan TNBBS. Lemahnya penegakan hukum bagi pelaku perburuan tidak memberikan efek jera bagi mereka.
Mengurai permasalahan di atas membutuhkan partisipasi dari semua pihak. Memberikan pemahaman kepada publik tentang arti penting konservasi gajah menjadi hal yang perlu dilakukan di tengah berbagai masalah yang mengancam konservasi gajah sumatera. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya konservasi gajah, WWF Indonesia bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Kehutanan dan mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Lampung mengadakan kampanye memperingati World Elephant Day 2017 di car free day, Bundaran Gajah, Bandar Lampung.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang kondisi gajah dan upaya konservasi yang perlu dilakukan. Selain kampanye dengan poster, ada pula pameran foto dan performance dari komunitas biola Lampung serta pengumpulan petisi untuk konservasi gajah. Petisi yang dikumpulkan selanjutnya akan digunakan untuk advokasi ke pemerintah untuk mendukung upaya konservasi gajah yang lebih serius. Kami mengajak publik untuk menggalang aksi peduli #nasibgajah.