SAYANGI GAJAH DENGAN TULUS
Oleh: Natalia Trita Agnika
Masih segar di ingatan kita akan berita kematian Yongki pada Jumat (18/9/2015) silam. Kematian Yongki yang tragis tersebut menimbulkan kesedihan dan keprihatinan publik. Ungkapan duka mengalir di media sosial melalui tagar #RIPYongki. Yongki adalah gajah istimewa. Selain sebagai satwa kharismatik yang memiliki peran ekologis sebagai satwa payung, gajah jinak tersebut juga merupakan anggota tim Elephant Patrol.
Di Elephant Patrol, Yongki berperan sebagai gajah penggiring. Bersama Tim Patroli Gajah WWF-Indonesia dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, ia mencari jejak gajah liar, menggiring dan menghalau kembali ke hutan, lalu mengantar tim penggiring pulang ke posko. Ya, kehadirannya telah membantu mengatasi konflik manusia dengan gajah liar. Keberadaan Tim Patroli Gajah sangat penting karena intensitas konflik gajah dan manusia makin meningkat.
Salah satu penyebab meningkatnya konflik gajah dan manusia adalah tingginya laju deforestasi hutan sehingga rumah untuk gajah makin berkurang. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit juga membuat habitat gajah kian menyusut. Hilangnya habitat satwa kharismatik ini telah memaksa mereka masuk ke kawasan penduduk. Tak jarang banyak gajah ditangkap atau dibunuh karena dianggap sebagai pengganggu.
Berbagai upaya dilakukan untuk mendukung mitigasi konflik gajah. Salah satunya adalah dengan memahami pergerakan dan penggunaan habitat oleh kelompok-kelompok gajah dengan memasang GPS Satelite Collar pada kelompok gajah liar yang sering berkonflik dengan masyarakat. Pemasangan GPS Satellite Collar ini sangat berguna untuk monitoring keberadaan dan pergerakan gajah liar dan sebagai peringatan dini untuk mitigasi konflik gajah. Dengan demikian, informasi keberadaan dan pergerakan gajah liar akan diketahui dengan lebih akurat.
Kini Yongki telah tiada, namun masih banyak gajah-gajah lain yang membutuhkan kepedulian kita. Kajian WWF-Indonesia menunjukkan bahwa populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) kian hari kian memprihatinkan. Estimasi populasi tahun 2007 adalah antara 2.400-2.800 individu, namun kini diperkirakan telah menurun jauh dari angka tersebut karena habitatnya terus menyusut dan pembunuhan yang terus terjadi.
Tulus adalah salah satu public figure yang tergerak hatinya untuk menyelamatkan gajah. Apalagi, Yongki merupakan gajah yang pernah menjadi “bintang” di video klipnya. Pelantun lagu “Gajah” ini tak sekadar mengecam pembunuh Yongki, tetapi juga melakukan aksi nyata dengan menginisiasi kampanye #JanganBunuhGajah.
Kampanye #JanganBunuhGajah adalah kampanye penyelamatan Gajah Sumatera yang diinisiasi oleh penyanyi Tulus dan didukung oleh WWF-Indonesia. Tulus tergerak hatinya untuk membantu mensosialisasikan kegiatan anti perburuan gajah untuk diambil gadingnya. Melalui penjualan merchandise bergambar gajah, ia menggalang dana dan keuntungannya akan diberikan kepada WWF-Indonesia untuk pemasangan GPS Satellite Collar.
Anda juga dapat membantu upaya konservasi Gajah Sumatera melalui program #JanganBunuhGajah. Donasi yang Anda berikan akan digunakan untuk pelatihan pencegahan konflik antara gajah dan manusia, membeli perlengkapan tim patroli, perlengkapan pemeriksaan medis apabila ada gajah yang terluka, serta membiayai operasional sehari-hari anggota tim Patroli.
Alangkah indahnya bila manusia dan gajah dapat hidup berdampingan dengan harmonis dan memanfaatkan ruangnya masing-masing. Mari kita sayangi gajah dengan tulus, #JanganBunuhGajah !