RIFI: CUACA TAK MENENTU MENGANCAM PARIWISATA BAHARI
Saya bekerja sebagai dive-guide sejak tahun 2002. Ada di sekitar 20 titik penyelaman di sekitar pulau Sangalaki, Derawan, Maratua dan Kakaban.
Berdasarkan pengamatan saya, cuaca tidak lagi menentu. Dulu gelombang kencang biasanya terjadi sejak pertengahan Juli hingga pertengahan September saja. Namun sekarang tidak demikian. Tahun ini, gelombang kencang datang lebih awal dan kadang-kadang terjadi di bulan-bulan lain.
Karena cuaca yang tidak menentu, kadang-kadang kami tidak bisa memenuhi permintaan para tamu yang akan menyelam. Misalnya, hari tertentu kami sudah memprediksikan bahwa tidak akan hujan atau arus kencang di titik tertentu sehingga tamu bisa menyelam di lokasi yang diinginkan. Namun, ternyata pada hari H, hujan atau arus kencang terjadi di lokasi tersebut, sehingga jarak pandang rendah. Mau tidak mau, kami harus memilih lokasi lain. Akibatnya, rencana semula tidak terpenuhi dan kami harus membuang bahan bakar lebih banyak lagi karena harus berputar-putar mencari titik yang jarak pandangnya baik dan arusnya tidak kencang . Hal ini menyebabkan biaya operasional jadi semakin tinggi.
Selain itu, perubahan cuaca yang tiba-tiba sesungguhnya mengancam keselamatan para wisatawan. Karena pada awal menyelam cuaca tampak baik, tapi saat akan naik ke permukaan, tiba-tiba cuaca memburuk.
Memang sejauh ini, belum ada dampak kerugian yang signifikan. Namun, jika keadaan cuaca terus berubah tak menentu, mungkin akan ada dampak negatif pada pariwisata selam.