PERKENALAN DARI LEADER HEART OF BORNEO GLOBAL INITIATIVE
Oleh: Tom Maddox
Enam bulan yang lalu kehidupan saya berada di sebuah posisi yang nyaman, bekerja di sebuah universitas berkualitas di sebuah kota yang damai di Inggris. Sebuah email tawaran dari seorang kawan di WWF mengubah segalanya dan saya memulai 2013 bagai ditarik ke berbagai arah oleh pusaran isu-isu yang penting di tengah-tengah kota dengan trafik yang luar biasa padat dan panas berkeringat. Tapi saya merasa bahagia.
Mengambil alih kepemimpinan pada Program Heart of Borneo di WWF merupakan sebuah tugas yang menarik tapi sekaligus juga menakutkan. Ketika pemerintah Brunei, Indonesia dan Malaysia menandatangani Deklarasi Heart of Borneo, mereka menggulirkan satu inisiatif global di bidang lingkungan yang sangat visioner dan menarik. WWF telah memainkan sebuah peran penting dalam memelihara visi ini. Selama bertahun-tahun staf WWF telah berada di garis depan dari upaya konservasi dan penguatan masyarakat lokal di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei. Tetapi dengan adanya Global Initiative, semua upaya ini dapat dimagnifikasi lebih besar dari totalnya semua upaya lokal tersebut. Pemerintah dan kalangan bisnis sekarang bergandengan tangan dengan LSM dan masyarakat madani dalam sebuah contoh konservasi masa kini dan yang mungkin dapat menjadi panduan baru bagi pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selama lima tahun terakhir, Adam Tomasek dan timnya telah menggiring kontribusi WWF bagi Inisiatif Heart of Borneo dan memberikan kesan yang mendalam. Ada perubahan dari sesuatu yang visioner tetapi konseptual menjadi sesuatu yang visioner dan nyata. Dukungan nasional dan internasional serta kepemimpinan ditumbuhkan, sektor bisnis dilibatkan dalam berbagai diskusi, dan sintese dari laporan “Investing in Nature” (Berinvestasi di Alam) telah dirilis.
Laporan ini memaparkan esensi dari Heart of Borneo ke dalam sebuah pilihan ekonomi yang sederhana. Pembangunan dapat dilanjutkan pada jalur ‘bisnis seperti biasa’ untuk profit jangka pendek tetapi keberlanjutannya atau ekuitabilitasnya minim, atau pembangunan dijalankan pada jalur ‘ekonomi hijau’, yang mengintegrasikan nilai sumberdaya alam ke dalam kebijakan ekonomi dan membangun keberlanjutan atau ekuitabilitas jangka panjang. Untuk pertama kalinya konservasi keanekaragaman hayati diletakkan pada dasar yang jelas, rasional dan ekonomis.
Tetapi tentu saja pekerjaan belumlah selesai. Tantangan selanjutnya adalah untuk menunjukkan bahwa ekonomi hijau dapat dilaksanakan dalam praktiknya. Argumentasi ekonomi untuk perubahan sudah jelas, tetapi bisakah diterjemahkan ke dalam kebijakan yang praktis dan layak? Dapatkah kebijakan ini diimplementasikan di lapangan dan membawa dampak jelas dan memihak pada konservasi? Dan dapatkah semua hasil ini direplikasi lebih besar lagi, membawa perubahan transformatif yang dibutuhkan? Untuk menjawab tantangan ini sangat diperlukan kemampuan untuk melakukan perubahan, yaitu pada para penyusun kebijakan regional di kawasan Heart of Borneo dan konstituen yang telah memilih mereka dan yang kelak menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka. Heart of Borneo Global Initiative (HoBGI) memerlukan dukungan dari staf WWF nasional yang telah berpengalaman, memiliki informasi dan kemauan untuk membawa perubahan. Fokus masa depan HoBGI harus pada mendukung tim nasional. HoBGI harus meletakkan visi regional ke dalam aktivitas nasional yang dapat mengumpankan dan mengharmonisasikan semua aktivitas yang ada di lingkup nasional dan memberikan dukungan dan sumberdaya yang dibutuhkan.
Saya merasa terhormat menerima tantangan ini. Hampir dua puluh tahun yang lalu Borneo adalah tempat saya pertama kali memulai kiprah konservasi dengan orangutan di dalam dan sekitar Taman Nasional Tanjung Puting. Bertahun-tahun kemudian saya menangani meerkat di Kalahari, cheetah dan Maasai di Tanzania, harimau dan kelapa sawit di Sumatera dan energi terbarukan di Himalaya. Baru-baru ini saya fokus secara khusus pada peran bisnis terhadap lingkungan, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk menjelaskan ketergantungan mereka dan dampak terhadap 'modal alam'. Saya kini kembali ke tempat dimana saya memulai segala sesuatunya di Borneo (sebagaimana realitasnya termasuk menikah dengan istri saya yang asalnya dari Borneo/Kalimantan). Tempat dimana saya mulai berkecimpung di dunia konservasi di Borneo kini telah hilang, satu dari banyaknya contoh betapa lingkungan terkalahkan oleh pembangunan ekonomi. Sebuah masa depan yang berkelanjutan tidak dapat didasarkan pada dikotomi tersebut. Heart of Borneo menawarkan visi dari sebuah dunia baru, di mana nilai-nilai alam yang sejati diakui dan diintegrasikan ke dalam masyarakat yang adil, berkelanjutan dan sejahtera. Sebagai pemimpin saya akan mencoba sekuat tenaga untuk mewujudkan visi ini.
Tom Maddox, Leader Heart of Borneo Global Initiative