PARTISIPASI PUBLIK JADI KUNCI PENYELAMATAN HARIMAU SUMATERA
Oleh; Sela Ola Olangi Barus
Perburuan dan perdagangan ilegal menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah populasi Harimau Sumatera. Berdasarkan data yang dikeluarkan TRAFFIC (sebuah lembaga internasional yang bergerak di bidang anti perdagangan dan perburuan satwa dilindungi) pada tahun 2007 menyatakan bahwa ada delapan kota di Sumatera yang memperjualbelikan bagian-bagian tubuh Harimau Sumatera secara terbuka dan jumlah ini lebih tinggi dibanding survei tahun 1999-2002. Bahkan, pada tahun 2014 lalu ditemukan situs online yang menjual bagian tubuh Harimau Sumatera di Indonesia. Kegiatan ilegal ini disinyalir terus berlangsung sampai tahun 2017 karena diberitakannya dua tersangka pedagang kulit dan tulang Harimau Sumatera yang tertangkap di Bengkulu pada bulan Mei 2017 lalu. Bagian-bagian tubuh harimau tersebut diperjualbelikan untuk berbagai macam kebutuhan, seperti bahan dasar pembuatan obat-obatan tradisional Asia atau di offset (diawetkan) sebagai barang dekoratif dan dianggap meningkatkan status seseorang.
Menurut buku “A Practical Dictionary of Chinese Medicine” (Wisemen & Feng: 1998), tulang harimau dapat digunakan untuk pembuatan obat-obatan Tiongkok. Bagian tulang harimau diolah menjadi campuran obat tradisional, anggur, dan juga tonik. Namun, sampai saat ini belum ada hasil penelitian secara ilmiah yang membuktikan manfaat tulang harimau pada tubuh manusia.
Meski demikian, masih banyak orang yang tetap memercayai mitos khasiat tulang harimau tersebut sehingga menyebabkan tingginya jumlah permintaan dan pasar gelap di Sumatera. Hal ini yang kemudian semakin mendorong banyaknya perburuan ilegal terhadap satwa liar yang ditetapkan berstatus critically endangered oleh IUCN tahun 2010 lalu. Jika hal ini terus-menerus dibiarkan, maka WWF memprediksi Indonesia akan kehilangan kucing loreng ini pada 60 tahun mendatang.
Perlu adanya serangkaian upaya yang dilakukan untuk membantu Harimau Sumatera ini tetap hidup di habitatnya, seperti meningkatkan pengawasan terhadap kawasan habitat Harimau Sumatera, mendirikan pos penjagaan hutan. Namun, penghentian kegiatan perdagangan ilegal ini perlu bantuan seluruh pihak, termasuk Anda!. Anda dapat membantu dengan tidak membeli obat-obatan tradisional yang mengandung olahan harimau dan mengajak orang sekitar untuk tidak membelinya. Selain itu, penting sekali untuk melaporkan, jika Anda menemukan adanya jaringan penjualan Harimau Sumatera, baik secara offline maupun online. Aplikasi Wildscan atau GAKKUM dapat menjadi alat pelapor. Ayo, partisipasi Anda sangat berarti bagi kelestarian Harimau Sumatera!